Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah sengaja mengurangi kontribusi pembiayaan utang pada APBN 2019 karena mempertimbangkan tekanan dari global. Hal itu terkait kebijakan moneter bank sentral di dunia dan kemampuan domestik melalui penerimaan pajak.
Dari sisi global, ia mengatakan ada beberapa tantangan yang mempengaruhi kebijakan penggunaan utang oleh pemerintah. Pertama, kelanjutan kenaikan tingkat bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve.
Kedua, penghentian kebijakan pelonggaran atau quantitative easing di Eropa dan Jepang. Selain itu, beberapa bank sentral dari negara-negara di dunia berpotensi ikut meningkatkan tingkat suku bunga acuannya sebagai respons dari normalisasi kebijakan The Fed. Ketiga, tekanan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang masih harus diturunkan.
"Tapi kami paham kalau saat ini memang banyak bank sentral yang harus melakukan adjustment karena kebijakan The Fed, misalnya Turki dan lainnya, dan saya rasa Bank Indonesia juga akan melakukannya untuk menjaga nilai tukar rupiah," ujar Ani, begitu ia akrab disapa, di Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Rabu (31/10).
Lebih lanjut, ia bilang, berbagai tekanan global tersebut akan membuat bunga acuan meningkat, sehingga imbal hasil (yield) surat utang yang diterbitkan pemerintah ikut meningkat atau lebih mahal. "Kami semakin hati-hati, sehingga biaya utang akan semakin mahal, maka kami kurangi exposure dari utang itu pada tahun depan," katanya.
Sementara dari domestik, Ani optimis bahwa target penerimaan negara, khususnya dari penerimaan pajak akan tercapai, sehingga kontribusinya ikut meningkat untuk menopang APBN. Hal ini selanjutnya bisa mengurangi kontribusi dari pembiayaan utang pada tahun depan.
"Kalau dilihat, 10 tahun terakhir, pertumbuhan penerimaan pajak terus meningkat. Kontribusinya pun meningkat dari 74 persen pada 2014, sekarang telah mencapai 82,5 persen ke penerimaan negara," terangnya.
Di sisi lain, Ani bilang, pemerintah telah menyiapkan beberapa langkah untuk pembiayaan utang pada tahun depan, misalnya lebih memprioritaskan utang berdenominasi rupiah agar meminimalisir dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah. Kemudian, mengoptimalkan peran dari investor domestik melalui pendalaman pasar keuangan.
Sementara dalam APBN 2019, pemerintah mengasumsikan belanja negara mencapai Rp2.461,1 triliun. Belanja tersebut akan ditutup oleh penerimaan negara mencapai Rp2.165,1 triliun. Penerimaan negara akan berasal dari penerimaan perpajakan sebesar Rp1.786,4 triliun, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp378,3 triliun, dan hibah Rp400 miliar. (lav) from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2CTZEGr
No comments:
Post a Comment