"Bunyinya ada dua ping-nya dua, itu terdengar, satu keras, satu kecil. Suaranya ada, semakin kencang dan semakin keras," kata Hadi kepada wartawan di Posko Basarnas, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (31/10).
Kata Hadi, semua kapal milik Basarnas, TNI, Polri, dan kementerian ESDM akan dikonsentrasikan untuk mengangkat black box tersebut. Namun, saat ini, tim masih mengalami kendala karena di titik lokasi ditemukannya suara Black Box itu ada pipa pengeboran milik PT Pertamina.
Pipa tersebut mengakibatkan kapal tidak dapat menurunkan jangkar untuk menstabilkan posisi kapal.
"Mudah-mudahan bisa kita angkat," katanya.
Black Box tersebut, kata Hadi, akan bertahan selama sekitar tiga bulan hari sesuai kekuatan baterai black box.
"Didesain 90 hari," katanya.
Secara singkat prosedur pengangkatan bodi pesawat itu dilakukan dengan cara menurunkan jangkar, kemudian kapal stabil dan tidak terombaing-ambing di laut.
Selanjutnya, kapal menurunkan Remotely operated underwater vehicle (Rov), barulah setelah ditemukan objek, para penyelam akan diterjunkan. Sementara, untuk pengangkatan bodi kapal, nantinya tim akan menggunakan crane milik Kementerian ESDM yang mampu mengangkat beban hingga 100 ton.
Hadi menduga posisi bodi kapal yang besar, termasuk ekor pesawat ada di lokasi yang saat ini ditemukan.
"Kami berharap badan pesawat lebih besar, baru ditemukan kursi life vest, baju," katanya.
Selain itu, berdasarkan hasil pemantauan RoV juga terlihat majalah.
"Ada majalah terbuka sendiri, majalah itu baru saja terbuka. Kita bisa lihat ini bagian dari pesawat, bodi pesawat ada di sekitar situ. Bagian tail section ada di wilayah itu," katanya.
No comments:
Post a Comment