Tim Bulutangkis putra Indonesia berhasil melaju ke partai puncak menghadapi unggulan nomor satu, China. Dengan dukungan ribuan penonton yang hadir di Istora Gelora Bung Karno, Rabu (22/8), Indonesia memberikan perlawanan sengit dan habis-habisan kepada China.
Namun segala perjuangan itu berakhir dengan kekalahan 1-3. Seluruh pemain Indonesia telah mengerahkan segalanya yang mereka punya dan mereka dianggap sudah bisa keluar lapangan dengan kepala tegak.Bila melihat empat laga yang berlangsung, kemenangan paling meyakinkan di laga final ini adalah kemenangan Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon atas Li Junhui/Liu Yuchen yang jadi satu-satunya poin untuk Indonesia. Kevin/Marcus menang 21-17, 21-18 hanya dalam waktu 32 menit.
Tiga poin yang didapatkan China di laga ini, semuanya berasal dari partai-partai yang sengit. Laga-laga tersebut bisa dibilang berjalan abu-abu, yang tak bisa ditebak pemenangnya hingga pertandingan berakhir.
Hanya Kevin/Marcus yang sukses memberikan poin saat Indonesia kalah 1-3 dari China. (ANTARA FOTO/INASGOC/Puspa Perwitasari)
|
Tetapi di balik segala kengototan tersebut, ada hal-hal yang patut disesalkan. Sebelum Anthony kesulitan menapakkan kaki di lapangan, ia punya peluang mengakhiri laga ketika mendapat dua match point di gim kedua.
Anthony bisa membuat runner up Kejuaraan Dunia 2018, Shi Yuqi tak berdaya hingga momen tersebut, sebelum akhirnya ia kehilangan kontrol dan merelakan gim kedua dimenangkan lawan.
Anthony Ginting mengalami cedera saat menghadapi Shi Yuqi di partai pertama. (ANTARA FOTO/ INASGOC/Jessica Margaretha)
|
Pada gim penentuan, Jonatan sempat unggul 17-14 tetapi Chen Long bisa menemukan celah dan meraih lima poin beruntun sebelum akhirnya meraih kemenangan dengan angka 21-18.
Manajer Tim Indonesia Susy Susanti mengakui ada kelemahan Indonesia yang bisa dimanfaatkan oleh China di laga final tersebut.
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Jokowi menyaksikan final bulutangkis beregu putra di Istora Senayan. (ANTARA FOTO/INASGOC/Puspa Perwitasari)
|
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juga mengalami hal serupa. Termasuk dalam pemain yang masih minim pengalaman di beregu, Fajar/Rian berhadapan dengan Liu Cheng/Zhang Nan yang punya pengalaman lebih baik menghadapi tekanan, terutama Zhang Nan.
Kondisi 2-1 yang dipegang China saat itu juga turut menambah beban di hadapan Fajar/Rian. Dengan kondisi rumit tersebut, Fajar/Rian tetap membuktikan bahwa mereka juga mampu melakukan perlawanan. Durasi laga selama 1 jam 10 menit sebelum Liu Cheng/Zhang Nan menang lewat rubber game menunjukkan Fajar/Rian memberikan perlawanan hingga detik akhir pertandingan.
Tiga laga yang berjalan abu-abu berujung pada poin untuk China. Faktor pengalaman, ketenangan, dan jam terbang jadi pembeda. Namun di lapangan juga terlihat jelas bahwa Indonesia ada di level yang sama saat menghadapi China.Medali perak Tim Bulutangkis putra Indonesia di Asian Games ini bakal jadi perak yang bakal pahit untuk dikenang. Bukan karena performa skuat Merah-Putih mengecewakan, justru karena mereka menelan kekalahan ketika mereka ada dalam kondisi bisa mencium aroma kemenangan. (sry)
from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2wn4cju
No comments:
Post a Comment