Sebelumnya, perusahaan hanya berada di peringkat 16. "Kenaikan peringkat setelah BTPN melakukan penggabungan usaha (merger) dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI)," imbuh Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana, Kamis (25/4).
Secara resmi, ia melanjutkan BTPN efektif merger dengan SMBCI pada 1 Februari 2019. Sehingga, pencatatan aset kedua perusahaan digabung.
Walhasil, tak cuma aset yang melompat. Pertumbuhan kreditnya pun melonjak 114 persen menjadi Rp139,8 triliun. Peningkatan penyaluran kredit tersebut disumbang oleh kredit korporasi yang menjadi bisnis inti SMBCI.
Kredit korporasi perusahaan tercatat sebesar Rp71,9 triliun. Segmen kredit ini merupakan portofolio baru yang dicatat perusahaan hasil merger dengan SMBCI.
"Sebelum merger, bisnis ini (korporasi) dikelola oleh SMBCI. Setelah merger, portofolio ini dicatat ke dalam neraca Bank BTPN. Namun, apabila dibandingkan dengan posisi tahun lalu, kredit korporasi tumbuh 12 persen," kata Ongki.
Selain korporasi,perusahaan juga mencatat penyaluran kredit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebesar Rp13,5 triliun atau naik 13 persen. Kemudian, kredit productive poor Rp7,5 triliun atau tumbuh 20 persen, termasuk kredit konsumen Rp6,1 triliun yang tumbuh 106 persen.
Laba Tertekan
Kendati kinerja kreditnya mengilap, namun perolehan laba perusahaan cukup tertekan. Per kuartal I 2019, laba bersih perusahaan tercatat Rp507 miliar atau turun 5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Tanpa memperhitungkan pajak, sebetulnya laba perusahaan sebesar Rp801 miliar, nyaris stagnan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
CFO Bank BTPN Hanna Tantani menuturkan bunga acuan merangkak naik di sepanjang tahun lalu. Akibatnya, biaya dana menjadi mahal.
"Hal ini terutama disebabkan oleh tingginya biaya dana (cost of fund), sedangkan kapasitas untuk mengompensasi peningkatan biaya dana ke para debitur terbatas," tandasnya.
(bir)
from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping http://bit.ly/2GLcKGn
No comments:
Post a Comment