Pages

Thursday, January 3, 2019

Antitesis Liverpool Bernama Pep Guardiola

Jakarta, CNN Indonesia -- Liverpool belum terkalahkan di Liga Primer Inggris jelang melawan Manchester City di Stadion Etihad, Kamis (3/1) malam waktu setempat. Mampukah Pep Guardiola menjadi antitesis kejayaan Liverpool?

Laga Man City vs Liverpool bisa menentukan peta persaingan menuju gelar juara kompetisi paling elit Inggris. Sejauh ini Liverpool memang tak terbendung dengan tidak terkalahkan dari 20 laga. Liverpool juga menjadi satu-satunya tim yang selalu menang di Liga Inggris sepanjang Desember 2018. Namun Si Merah bukannya tanpa cela.

Keberadaan Pep Guardiola di Man City bisa menjadi batu sandungan pertama Liverpool di Liga Inggris. Meski punya rekor kurang bagus melawan Juergen Klopp di semua kompetisi (5 menang, 2 imbang, 8 kalah), Guardiola tetap punya kemampuan untuk mengalahkan Liverpool.

Guardiola dikenal sebagai pemuja sepak bola menyerang. Sektor sayap bisa dikatakan menjadi sumber serangan favorit Pep saat ini. Mengusung formasi 4-3-3, Guardiola mengedepankan serangan sayap agar pemain macam Raheem Sterling atau Leroy Sane bisa membuka ruang di pertahanan lawan sekaligus memudahkan penyerang seperti Sergio Aguero atau Gabriel Jesus untuk masuk.

Pep Guardiola dan Juergen Klopp total sudah 15 kali bertemu di semua kompetisi.Pep Guardiola dan Juergen Klopp total sudah 15 kali bertemu di semua kompetisi. (REUTERS/Phil Noble)
Statistik WhoScored membuktikan, dalam sepuluh laga terakhir, baik Sterling atau Sane memiliki rataan operan sukses di atas 80 persen. Sterling dan Sane, atau bahkan Riyad Mahrez dibekali kecepatan yang sangat mungkin merepotkan barisan pertahanan Liverpool. Tak hanya tiga nama tersebut, karena Aguero juga siap bermain melebar demi memperkaya variasi serangan.

Menariknya sektor sayap justru berpotensi jadi titik lemah Liverpool. Dibandingkan sektor tengah, Si Merah memang lebih mengandalkan sayap dalam membangun serangan. Whoscored mencatat sebanyak 73 persen serangan Liverpool dibangun dari sektor ini.

Namun bedanya bukan melalui pemain sayap, tapi dari peran kedua full back Liverpool yang rajin maju. Hal inilah yang justru kerap dimanfaatkan lawan untuk menciptakan peluang atau bahkan membobol gawang Liverpool.

Manchester United sudah melakukannya saat mencetak gol balasan melalui kaki Jesse Lingard pada laga di Stadion Anfield, 16 Desember lalu. Kala itu sektor kanan yang diisi Nathaniel Clyne terbuka dan membuat Romelu Lukaku mampu menyodorkan bola ke depan gawang Liverpool.

Kala menjamu Arsenal lagi-lagi sektor kanan pertahanan Liverpool yang dijaga Trent Alexander-Arnold meninggalkan lubang. Berawal dari umpan satu-dua para pemain Arsenal, Alex Iwobi mampu melakukan penetrasi dan dengan leluasa mengirimkan umpan untuk diselesaikan oleh Ainsley Maitland-Niles.

Sayap-sayap Manchester City bisa merepotkan Liverpool.Sayap-sayap Manchester City bisa merepotkan Liverpool. (REUTERS/Andrew Yates)
Jika Pep menyempatkan diri menyaksikan tayangan ulang laga Liverpool melawan Arsenal atau Manchester United, ia akan bisa menyimpulkan satu hal: Hindari berduel dengan Liverpool di lini tengah.

Arsenal dan Man United yang sempat mencuri gol melalui sektor sayap, tak bisa melanjutkan hal serupa sehingga harus menelan kekalahan. Mereka justru lebih banyak berkutat di lini tengah, zona yang menjadi andalan Liverpool di musim ini. Lini tengah The Reds diisi oleh gelandang-gelandang 'ngotot' seperti Georginio Wijnaldum atau Fabinho.

Untuk dapat menang, Pep harus belajar dari kondisi ini. Guardiola cukup beruntung karena para gelandang serang Man City seperti David Silva, Bernardo Silva, atau Kevin de Bruyne telah terbiasa bermain melebar untuk membuka ruang saat menyerang.

Hal ini terbukti saat mereka menang di kandang Southampton. Gol pertama dari David Silva berawal dari kerja sama antara Riyad Mahrez yang membuka ruang bagi Bernardo Silva untuk merangsek dari sektor sayap. Pada laga itu Bernardo Silva juga mencatatkan persentase operan sukses hingga 92 persen.

Sejauh ini untuk urusan jumlah umpan silang per laga, Man City berada di urutan ketiga, hanya kalah dari Everton dan Huddersfield. Dan seperti yang sudah diketahui, The Citizens masih menjadi tim tersubur di Inggris saat ini.

Catatan di atas membuat Guardiola menjadi salah satu manajer yang paling berpotensi menahan langkah Liverpool menuju podium juara Liga Inggris. Bisa jadi Pep merupakan antitesis dari strategi jitu yang diracik Klopp musim ini. (har)

Let's block ads! (Why?)

from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping http://bit.ly/2GTsdHD

No comments:

Post a Comment