Berkaca dari gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, beberapa waktu lalu, JK melihat pemerintah setempat kehilangan kendali pascabencana. Menurutnya, penanganan bencana saat itu lebih banyak dilakukan oleh prajurit TNI dan relawan.
"Minggu lalu saya ke Palu melihat bencana. Semua yang memegang kendali tentara, semua bantuan lewat Korem, satgas lewat Korem, yang mengatur tentara. Ke mana aparat sipil? Ke mana kantor gubernur? Ke mana kantor wali kota?" ujar JK saat memberikan pembekalan pelatihan pada peserta Lembaga Administrasi Negara (LAN) di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Senin (8/10).
JK tak menampik terputusnya jaringan listrik dan telekomunikasi menyulitkan aparat Pemda Palu untuk menyalurkan bantuan. Namun, menurutnya, justru mekanisme penanganan dan pola kepemimpinan itu yang mesti dipelajari oleh pemerintah daerah.
"Begitu tidak ada handphone, begitu listrik tidak ada, mati semua. Tapi kenapa tentara bisa, karena dia punya hierarki yang kuat. Tentu ini jadi pertanyaan karena kalau keadaan kritis mestinya yang dibutuhkan pemerintah," tuturnya.
Prajurit TNI dibantu Tim SAR dan para relawan mencari korban pascagempa di bawah reruntuhan puing Hotel Roa Roa, PAlu. (Dok. Puspen TNI)
|
"Tapi maksud saya, dari sekarang kita harus beri pelajaran tentang manajemen krisis. Apa yang terjadi, apa yang harus diperbuat, leadership apa yang dibutuhkan dalam kondisi krisis seperti itu," kata JK.
Pasalnya, kata JK, dalam kondisi bencana seperti itu sosok pemimpin memang sangat dibutuhkan. "Memang gubernurnya ada, tapi memang sulit memerintah karena kehilangan sistem," ujarnya.
Bencana gempa bumi berkekuatan 7,7 SR memicu tsunami terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah terjadi pada 28 September lalu. Evakuasi korban akan dihentikan pada 11 Oktober mendatang.
Jumlah korban yang meninggal dunia akibat musibah gempa dan tsunami tersebut hingga Minggu pukul 17.00 WITA tercatat mencapai 1.944 orang.
No comments:
Post a Comment