Sebenarnya, BPS telah menyajikan data tersebut, namun masih terbatas pada beberapa merek tertentu. Lalu, ditentukan apakah merek itu merupakan cerminan beras medium atau premium. Padahal, menurut Darmin, ketika ada satu merek yang memiliki dua jenis, maka keduanya harus dijadikan sampel untuk memantau harga beras.
"BPS kumpulkan data beras di 80 kota berdasarkan merek karung berasnya, padahal beras itu misalnya Maknyus, itu medium atau premium ini kami tidak tahu," ujarnya di kantor BPS, Rabu (26/9).
Ia juga meminta BPS lebih jeli dalam melakukan survei harga beras di beberapa kota untuk merek beras yang sama. Sebab, bisa saja harganya berbeda.
"Karena ada juga mereknya sama, tapi dibedakan sedikit oleh yang punya. Lalu, kenapa mereka pilih (merek tertentu)?" imbuh dia.
Kemudian, agar data harga beras lebih komprehensif, menurutnya, BPS juga perlu melakukan survei harga berdasarkan tingkat pecahnya.
"Biasanya Maret-April itu terjadi kualitas yang tidak terjaga dengan baik. Berasnya tidak terlalu bagus, tingkat pecahnya sampai 20 persen. Padahal, dibilang beras premium. Ini harus didata juga," katanya.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan institusinya sebagai penyedia data statistik tentu akan terus memperbaiki kualitas dan jangkauan data yang dimiliki. Meski, berbagai data yang disajikan saat ini belum bisa menyenangkan semua pihak.
"Intinya BPS berusaha mengangkat fakta di lapangan, tentu BPS tidak bisa menyenangkan semua pihak. Tapi, yang paling penting BPS harus jujur dan mempertahankan indepedensinya," pungkasnya.
(uli/bir)
from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2N3sp4A
No comments:
Post a Comment