Sinto, Sinto Gendeng
Wiro, murid sableng
Sinto, guru gendeng
Mereka yang bukan penonton sinetron Wiro Sableng pun mengenal penggalan lagu tema tayangan yang diangkat dari cerita Bastian Tito dan pertama muncul di televisi pada 1995 itu. Sheila Timothy termasuk orang itu.
"Peciptanya sangat brilian. Minimal orang akan tertawa mendengar lagu itu. Mau dibilang lagunya jadul, musik jadul, tapi anak saya saja senyum dengar lagu Wiro," kata Lala, sapaan akrab Sheila Timothy kepada CNNIndonesia.com.
Lala kini dekat dengan dunia Wiro. Ia menjadi produser sekaligus penulis naskah bagi film Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212.
Saat menggandeng sutradara Angga Dwimas Sasongko untuk menggarap film yang dibintangi Vino G. Bastian itu, Lala berpesan satu hal. Lagu Wiro Sableng yang melekat di kepalanya itu, harus dimasukkan ke dalam film.
Tak peduli lagu berdurasi sekitar tiga menit itu disebut jadul-zaman dulu-karena nuansa '90-an yang kental lewat suara drum dan kibornya.
Lala pun mencoba mencari siapa di balik lagu Wiro Sableng untuk mendapat izinnya. Berdasarkan credit title di sinetron, lagu itu diciptakan oleh Agus. H. J dan J. J. Jonathan. Sementara vokal yang terdengar bernyanyi dengan cepat bak rapper adalah milik Harry O. G. dan Erik Mcwax.
Sheila Timothy menekankan pentingnya lagu 'Wiro Sableng.' (CNN Indonesia/M Andika Putra)
|
"Saya ke YKCI [Yayasan Karya Cipta Indonesia] untuk mencari mereka dan mereka enggak di Jakarta. Akhirnya ketemu, sign deal dan sebagainya," kata Lala dalam wawancara terbatas bersama CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Setelah semua urusan izin beres, lagu itu pun menjadi 'senjata' bagi Lala.
Saat presentasi ke Fox Internasional Productions yang merupakan anak perusahaan 20th Century Fox Film Corporation, Lala menekankan betapa penting lagu yang terus mengulang kata 'sableng' dan 'gendeng' itu.
Berdasarkan riset Lala terhadap film-film seperti trilogi Batman karya Christopher Nolan, lagu memang memegang peranan penting. Ia merasa, psikologis karakter film pun bisa dibangun dari sekadar lagu.
Itu ia terapkan pula saat menggarap Wiro Sableng 212.
"Saya sudah ketemu Caravan Studio untuk gambar dan saya [bilang] ingin punya chanting. Menurut saya kalau sudah ada gambar, visual, musik, berarti lengkap. Presentasinya lebih asik," kata produser 46 tahun itu.
Pembuatan chant Wiro Sableng pun ia percayakan kepada music composer dan sound designer, Aria Prayogi. Ia ingin ada chant yang sangat ikonis seperti lirik 'Wiro, Wiro sableng. Sinto, Sinto gendeng' saat presentasi.
"Ogi menciptakan chanting-nya itu berdasarkan tari kecak," kata Lala.
Ketukan-ketukan drumnya diselipkan. Ada saat adegan bertarung atau adegan drama, tapi lebih pelan.Aria Prayogi, sound designer |
Ia kemudian menggunakan alat musik tradisional gamelan, tingklik dan sejenis gambang kromong untuk membuat lagu baru. "Saya isi beberapa layer agar lebih modern, yang dari '90-an terlalu jadul, soundnya keyboard tunggal banget."
Lantunan bikinan Ogi dan tim sudah bisa didengar dalam dua cuplikan yang dirilis Lifelike Pictures sebelum film Wiro Sableng tayang.
Selain irama jadul dan campuran alat musik tradisional, terdengar pula suara orang tertawa di tengah lagu. Sang aktor utama, Vino Bastian lah yang mengisi suara tawa itu. Ia bukan hanya pemeran Wiro Sableng, melainkan juga putra langsung dari Bastian Tito yang menggagas karakter 'sableng' itu.
Meski lagu ikonis itu diagungkan Lala dan tim, dalam film Wiro Sableng 212 ia tidak disajikan secara penuh karena dirasa kurang cocok. Ogi hanya menggunakan ketukan atau beat lirik 'Wiro, Wiro sableng. Sinto, Sinto gendeng' yang diganti dengan suara drum. Penonton tetap bisa merasakannya.
"Ketukan-ketukan drumnya diselipkan. Ada saat adegan bertarung atau adegan drama, tapi lebih pelan," kata Ogi, yang menganggap lagu itu sangat kuat. (rsa) from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2C6GePB
No comments:
Post a Comment