Perencana Keuangan Safir Senduk menerangkan investasi bermanfaat untuk melindungi aset Anda dari inflasi. Bank Indonesia (BI) mengartikan inflasi secara sederhana sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
Sebagai gambaran, pada tahun 1990-an, dengan uang Rp100 Anda masih bisa membeli lima buah permen. Saat ini, sangat sulit mendapatkan barang dengan nominal uang yang sama.
Menurut Safir, menempatkan uang pada produk investasi juga didefinisikan sebagai aktivitas menabung. Hanya saja, masyarakat kerap kali salah kaprah mendefinisikan tabungan hanya sekadar produk perbankan.
"Produk investasi selain di bank memberikan hasil yang tinggi, seringkali lebih tinggi lebih dari inflasi," katanya kepada CNNIndonesia.com.
Bedanya, lewat investasi seorang investor tak mendapatkan bunga layaknya tabungan di bank. Sebagai gantinya, mereka mendapatkan imbal hasil (return). Imbal hasilnya sendiri cenderung lebih besar, yakni 10-15 persen tiap tahun, dibanding bunga dari penempatan uang di bank di kisaran 4 persen-5 persen tiap tahun.Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andy Nugroho mengatakan sebelum mulai berinvestasi, terlebih dulu pahami profil risiko atau kemampuan Anda menghadapi risiko. Hal ini penting lantaran setiap investasi pasti mengandung risiko.
Ia menjelaskan terdapat tiga profil risiko, yaitu tipe konservatif (risk averse), moderat, dan agresif. Pertama, investor tipe konservatif memiliki profil risiko rendah, cenderung menghindari risiko.
Kedua, investor tipe moderat memiliki karakteristik siap menerima gejolak investasi dalam jangka pendek. Ketiga, investor tipe agresif, yaitu mereka yang siap menerima risiko terburuk dari sebuah investasi.
"Ukuran investasi yang tepat adalah jika Anda telah investasi dan tetap enak makan dan enak tidur," katanya.
Setelah memahami karakter tersebut, seorang investor bisa mulai memilih instrumen yang sesuai dengan profil risikonya. Andy pun mengkategorikan instrumen investasi berdasarkan profil risikonya.Instrumen-instrumen ini juga bisa dimanfaatkan oleh calon investor dengan penghasilan di bawah Rp5 juta.
Investasi Bagi Si Konservatif
Bagi investor tipe konservatif Andy menyarankan instrumen logam mulia alias emas, Obligasi Ritel Indonesia (ORI), dan reksa dana pasar uang.
Investor dapat menempatkan dananya pada instrumen emas melalui instansi resmi seperti PT Pegadaian (Persero) maupun langsung mendatangi butik PT Aneka Tambang (Persero).
Ilustrasi investasi di pasar modal. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
|
"Selain itu, sekarang juga bisa beli emas di marketplace, seperti di Tokopedia atau Bukalapak. Investor juga bisa membeli melalui website penjual emas seperti Indogold," katanya.
Sedangkan untuk ORI, investor harus mengikuti jadwal penerbitan ORI oleh Kementerian Keuangan. Sebagai informasi, pemerintah telah menerbitkan ORI016 pada Oktober lalu. Instrumen itu menawarkan kupon tetap sebesar 6 persen per tahunnya.
Karena menyasar pasar ritel, maka pembelian minimal ORI016 dipatok sebesar Rp1 juta hingga maksimum Rp3 miliar. Andy merekomendasikan investasi pada ORI016 lantaran dijamin negara sehingga lebih aman.
Terakhir, bagi investor konservatif ia merekomendasikan instrumen reksa dana pasar uang. Produk reksa dana pasar uang memiliki underlying aset investasi 100 persen di instrumen pasar uang, seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, dan surat utang (obligasi) yang jatuh tempo di bawah satu tahun.
Investasi Bagi Si ModeratBagi investor tipe moderat, Andy menyarankan instrumen reksa dana pendapatan tetap (fix income) dan reksa dana campuran. Mereka juga bisa menempatkan dana investasi pada ORI maupun Sukuk Ritel (sukri).
Untuk diketahui, reksa dana pendapatan tetap adalah reksa dana yang menempatkan investasinya kurang lebih 80 persen dalam bentuk efek obligasi, baik yang diterbitkan pemerintah maupun perusahaan.
Sedangkan, reksa dana campuran adalah reksa dana yang memiliki kombinasi investasi dari berbagai instrumen yakni pasar uang, obligasi dan saham.
Investor dapat membeli instrumen reksa dana melalui aset manajemen. Namun, ia mewanti-wanti calon investor agar selektif memilih perusahaan aset manajemen. Ini dilakukan untuk menghindari kejadian gagal bayar ketika investor ingin mencairkan investasinya.
Investasi Bagi Si AgresifBagi investor yang berani mengambil risiko tinggi, Andy menyarankan instrumen saham dan reksa dana saham. Dua instrumen itu bisa didapatkan bagi investor dengan penghasilan di bawah Rp5 juta.
Untuk saham, investor bisa membeli dengan modal hanya Rp100 ribu melalui perusahaan sekuritas. Perhitungan dalam membeli saham adalah minimal 1 lot, yaitu harga saham dikali 100 saham. Lagi-lagi, ia menyarankan agar investor berhati-hati dalam memilih perusahaan sekuritas. Ia juga mengimbau Anda tak tergiur dengan imbal hasil tinggi.
Menurut dia, cara paling mudah menilai kredibilitas aset manajemen dan perusahaan sekuritas adalah melihat peringkat manajer investasi dan perusahaan sekuritas melalui media. Perusahaan yang namanya masuk dalam daftar, dipastikan telah melewati proses seleksi dan penilaian oleh lembaga resmi.
Dengan demikian, dipastikan kinerjanya lebih baik dan terjamin. "Untuk lebih meyakinkan, Anda bisa melihat di website masing-masing perusahaan tersebut untuk melihat susunan direksi maupun aset under managementnya (dana kelolaan)," katanya.
[Gambas:Video CNN]
Perlu diketahui, dalam investasi berlaku prinsip high risk, high return, low risk, low return. Maknanya kurang lebih, investasi dengan risiko tinggi memberikan imbal hasil lebih tinggi ketimbang investasi dengan risiko rendah.
Sementara itu, Safir menyarankan investor pemula dengan gaji di bawah Rp5 juta untuk memahami produk investasi secara komprehensif sebelum akhirnya memutuskan instrumen investasi. Namun demikian, ia juga meminta agar investor pemula tidak terlalu banyak pertimbangan dalam berinvestasi.
"Saya sering melihat calon investor membaca banyak buku dan mengikuti seminar tetapi tidak segera melakukan investasi karena banyak pertimbangan," ucapnya.
Ia juga menyarankan investor dengan gaji di bawah Rp5 juta untuk mulai berinvestasi dalam nominal kecil. Sebab, dengan nominal kecil mereka lebih mudah memantau perkembangan dan mempelajari investasinya.
Sambil berjalan, mereka bisa menambah investasi pada produk yang dinilai lebih menguntungkan dan sesuai dengan karakteristik investasinya.
Jadi, tak ada alasan untuk menunda langkah menjadi investor bukan?
(bir) from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/369TjT6
No comments:
Post a Comment