"Agustus dan September kami prediksi merupakan puncak dari periode musim kemarau. 97 persen wilayah juga masih memasuki musim kemarau," kata Kepala Sub Bidang Analisa dan Informasi Iklim, Adi Ripaldi di Gedung Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Jumat (30/8).
Perkiraan tersebut, kata Adi, muncul usai BMKG melakukan serangkaian monitoring di enam ribu pos hujan yang tersebar di hampir seluruh kecamatan yang ada di Indonesia. Hasil pengamatan lainnya, sejumlah wilayah juga masih akan mengalami kekeringan ekstrem (tak hujan >100 hari) sepanjang September.
Wilayah itu, kata Adi meliputi Jawa Tengah, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Di semua wilayah tersebut belum turun hujan selama hampir tiga hingga lima bulan.
"Desember dan Januari musim hujan hadir," katanya.
Waspada titik panas
Adi menambahkan, kemarau panjang juga mempertebal potensi meningkatnya titik panas atau hotspot kebakaran hutan di sejumlah daerah. Salah satu yang mengalami peningkatan titik panas ada di wilayah Riau.
Titik panas di Riau pada tahun ini, kata dia, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018 lalu. Tak hanya Riau titik Panas pun meningkat di wilayah Jambi. Padahal kemarau masih akan dihadapi sekitar satu sampai dua bulan ke depan.
"Artinya perlu kewaspadaan lebih di wilayah yang hotspotnya melampaui tahun kemarin," kata Adi.
No comments:
Post a Comment