"Tidak ada yang tersisa, kejadiannya pada 31 Maret 2019 sekitar pukul 21.00 Wita," kata tokoh pemuda di kawasan objek wisata Pantai Tanjung Aan, Wawan kepada Antara di Mataram, Rabu.
Ia mengungkapkan saat peristiwa itu terjadi, dirinya tengah berada di pantai Tanjung Aan yang berjarak sekitar 10 menit jika menggunakan perahu ke Batu Payung.
"Suaranya terdengar keras saat batu payung itu roboh," katanya.
"Sebenarnya sejak 2 minggu lalu, sudah banyak yang memberitahukan adanya retakan itu. Retakannya semakin besar dibandingkan sebelumnya. Akhirnya roboh itu batu payung," katanya.
Pantai Batu Payung itu menjadi jualan utama bagi warga yang didominasi para pemuda, untuk mengajak wisatawan untuk mengunjungi tempat itu dengan menggunakan perahu. Termasuk Pulau Bukit Kura-Kura dan Bukit Merese.
Kawasan wisata bahari di Tanjung Aan ini memiliki daya magnet tersendiri mengingat pantainya yang menyerupai merica dengan melengkung seperti tapal kuda. Sertai airnya yang jernih hingga layak untuk dijadikan tempat berlibur akhir pekan bersama keluarga.
Warga yang menggantungkan hidupnya dari Pantai Tanjung Aan mengkhawatirkan robohnya ikon daerah itu akan mengurangi jumlah wisatawan.
Selama ini, para pelaku sewa perahu menawarkan paket perjalanan kepada wisatawan untuk berkunjung ke Batu Payung, gua di Pulau Bukit Kura-Kura dan Bukit Merese. (age)
from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2YG6yHL
No comments:
Post a Comment