Polar Vortex merupakan aliran udara dingin bertekanan rendah yang berputar di kutub utara dan selatan Bumi. Aliran udara dingin ini berputar berlawanan arah arum jam.
Biasanya pusaran udara dingin ini berputar secara konstan di utara (atau selatan). Tapi, saat musim dingin, aliran udara ini terkadang menjadi tak stabil dan melebar secara acak. Ketika peristiwa ini terjadi, wilayah yang terimbas biasanya bisa mengalami temperatur dibawah nol derajat, seperti dikutip dari Scijinks.gov.
Ketika hal ini terjadi saat musim dingin di bumi belahan utara, sehingga biasanya berimbas pada negara-negara sekitarnya seperti Kanada, Amerika Serikat, Rusia, atau China bagian utara. Di Amerika Serikat, peristiwa ini kerap terjadi dan seringkali diasosiasikan dengan wabah udara dingin, seperti dilansir dari weather.gov.Akibat fenomena ini, cuaca di Chicago mencapai minus 28 derajat Celsius bahkan sebagian wilayah di Ontario ada yang mencapai minus 54 derajat Celsius. Di saat yang bersamaan, suhu di Alaska yang lebih dekat dengan kutub utara malah hanya bersuhu minus 11 derajat Celcius.
Cuaca ekstrem serupa sempat melanda Kanada dan AS pada 2014. Akibat cuaca dingin yang ekstrem ini sebagian air terjun Niagara membeku. Danau Michigan pun membeku.
Terkait dengan perubahan iklim?Pengaruh pemanasan global dan perubahan iklim terhadap makin seringnya polar vortex terjadi masih menjadi perdebtan. Para peneliti mulai bisa menyibak pengaruh pemanasan global dan perubahan iklim terhadap curah hujan, gelombang panas, kebakaran hutan, dan kekeringan. Tapi mereka masih belum menemukan bukti kalau pemanasan global berpengaruh pada polar vortex.
"Saya menyatakan ilmu sains untuk hal ini masih belum lengkap. Hingga saat ini kami belum mendapat bukti," jelas Ben Kiran, profesor ilmu atmosfer dari Universitas Miami Rosenstiel, Sekolah Ilmu Kelautan dan Atmosfer, seperti dikutip Channel News Asia.
Perubahan iklim juga disebut belum berpengaruh pada frekuensi berapa sering polar vortex terjadi. Tidak juga ditemukan adanya hubungan perubahan iklim dengan dinginnya suhu polar vortex. Warga bahkan mesti menggunakan ski untuk keluar rumah akibat salju yang terlalu tebal. Saking dinginnya, uap nafas pun langsung berubah menjadi es ketika seorang wanita mencoba berolahraga di luar rumah. Orang lainnya mencoba meniup gelembung balon dari sabun,Cuaca ekstrim melanda AS berdampak kepada 250 juta penduduk. Mengutip Reuters, setidaknya 21 orang meninggal dunia salah satunya seorang wanita berusia 60 tahun yang ditemukan meninggal di rumahnya kawasan Ohio akibat hipotermia. Mengutip VOA Indonesia, lebih dari 11.000 penerbangan dibatalkan. (din/eks)
from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping http://bit.ly/2DRn2o9
No comments:
Post a Comment