"Anda tidak melakukannya di rumah, jadi mengapa tidak melakukannya di resor?" kata Springer yang mengunjungi resor bersama suaminya.
"Air di Karibia sangat berharga, jadi mengapa menggunakannya jika Anda tidak perlu?"Pilihan pariwisata ramah lingkungan-yang semakin banyak tersedia di Karibia, terbukti populer di kalangan wisatawan dan sangat membantu mengendalikan perubahan iklim serta pemborosan, kata kelompok industri.
Resor Bucuti dan Tara Agustus lalu disertifikasi sebagai karbon netral 100 persen oleh Natural Capital Partners, sebuah organisasi internasional yang bekerja untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan rendah karbon.
Resor yang didirikan oleh seorang warga Austria bernama Ewald Biemans pada tahun 1987 setelah ia pindah ke Aruba pada 1960-an, dikenal karena penggunaan energi terbarukan, porsi makanan yang lebih kecil demi mengurangi limbah makanan, dan wadah yang dapat digunakan kembali untuk semua hal, mulai dari saus tomat hingga sampo.
Konsep penginapan seperti ini semakin populer di Karibia. Tidak sedikit hotel dan resor yang mulai meniadakan kemasan plastik sekali pakai seperti sedotan, botol air dan wadah sampo.
Ada lagi tempat penginapan yang mulai menggunakan AC dan kulkas yang lebih hemat listrik sekaligus menerangi tempatnya dengan lampu LED, kata para pejabat.
Dorongan itu merupakan bagian dari upaya berkelanjutan agar membuat iklim pariwisata di Karibia menjadi lebih hijau, kata Amanda Charles, spesialis pengembangan pariwisata berkelanjutan di Organisasi Pariwisata Karibia (CTO).
'Tagihan Listrik Jadi Murah'
Loreto Duffy-Mayers, yang bekerja dengan Badan Lingkungan PBB, mengatakan upaya untuk meningkatkan efisiensi energi, misalnya, telah membantu banyak hotel mengurangi tagihan energi mereka 30 hingga 50 persen.
Paradise Island Beach Club di Bahama mampu memangkas tagihan listriknya, menghemat sekitar seperempat juta dolar setahun, melalui langkah-langkah seperti memasang pendingin udara yang otomatis mati ketika ruangan cukup dingin dan mencabut kulkas di kamar yang tidak berpenghuni, katanya.
Anggota CTO adalah 24 negara di seluruh Inggris, Prancis dan Kepulauan Karibia yang ekonominya sangat bergantung pada pariwisata.
Charles mengatakan kelompoknya mendorong para untuk fokus pada penyediaan tiga jenis manfaat di negara mereka, yakni; lingkungan, sosial dan ekonomi.
Di Aruba, misalnya, pariwisata menyumbang lebih dari 90 persen dari Produk Domestik Bruto negara, kata Frank Comito, direktur jenderal Asosiasi Hotel dan Pariwisata Karibia (CHTA).
Pendapatan itu pada akhirnya mendanai biaya operasional sekolah, layanan kesehatan, dan layanan publik lainnya, katanya.
Karena laut, matahari, dan keindahan alam adalah pendorong utama pariwisata, tempat-tempat seperti Aruba juga telah memberlakukan kebijakan untuk menghemat air dan listrik serta melindungi lingkungan, katanya.
Comito mengatakan asosiasi hotel dan pariwisata menawarkan seminar reguler tentang masalah keberlanjutan, termasuk pengelolaan limbah, desain berkelanjutan, dan perubahan iklim, dan membimbing anggota melalui program sertifikasi lingkungan.
Mereka juga mengadakan lokakarya kesiapsiagaan risiko bencana untuk para anggotanya-dari Kepulauan Virgin AS hingga Jamaika, untuk membantu mereka bersiap menghadapi memburuknya risiko terkait iklim.
Meski demikian Charles mengakui bahwa meningkatkan kesadaran lingkungan di sektor pariwisata tidaklah mudah.
"Sebagian besar negara anggota CTO memiliki anggaran yang lebih tinggi untuk pemasaran daripada untuk inisiatif pariwisata berkelanjutan," ujarnya.
Keluar dan masuknya karyawan hotel, terutama yang bekerja di bagian rumah tangga, juga mempersulit untuk memastikan bahwa "konsep hijau" yang telah diajarkan pada karyawan sebelumnya terus dilaksanakan sepenuhnya, katanya.
Namun perlahan perubahan mulai berakar. Biemans, dari Bucuti dan Tara, mengatakan air di resornya didaur ulang dan panel surya menyediakan 20 persen dari kebutuhan listrik fasilitas itu.
Resor ini juga membeli 22 persen energinya dari ladang angin yang dioperasikan oleh pemerintah Aruba, katanya.
"Kami menggunakan kembali setiap tetes air. Porsi makan kami sekitar 30 persen lebih sedikit dan orang-orang benar-benar senang dengan itu. Kami tidak memiliki satu keluhan pun. Dan sisa makanan kita digunakan kembali oleh peternakan babi di pulau itu, "kata Biemans.
"Ini bagus untuk bisnis, staf, dan pelanggan. Ini menyelamatkan lingkungan seperti halnya menghemat uang. Pelanggan harus membayar lebih sedikit untuk kamar, kita harus membayar lebih sedikit untuk energi ... dan pada akhirnya semua orang mendapat manfaat. "
(ard)
from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping http://bit.ly/2HJtXUd
No comments:
Post a Comment