Namun, ia belum dapat memastikan kebenaran itu karena menyebut kawasan itu dijaga oleh tentara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Teori yang masuk akal itu cakram Byson, bumi berbentuk cakram dengan kutub utara sebagai pusatnya sedangkan kutub selatan merupakan dinding es di pinggiran bumi," ujar Wahidin saat dihubungi CNNIndonesia.com lewat telepon, Rabu malam (30/1).
Selain itu, ia meyakini bahwa bentuk bumi yang sebenarnya sudah tertuang pada peta yang dibuat oleh Gleason. Peta bumi datar Gleason sendiri sudah diterbitkan perpustakaan di Boston, AS pada 1876.
Ketika ditanya soal komentarnya dengan teori konspirasi bentuk-bentuk bumi lainnya yang menyatakan bumi berbentuk seperti donat, buah pir, dan bulat, ia tak banyak berkomentar."Banyak teori-teori baru seperti donat, buah pir, dan NASA bilang bulat utuh, ya semua berpatokan pada masing-masing," lanjutnya.
Wahidin malah mempertanyakan klaim NASA yang menyebutkan bahwa bumi bulat utuh.
"Kalau roket NASA betul-betul ke ruang angkasa dan mereka juga sudah mendokumentasikan bahwa bumi itu bulat, kenyataannya ada salah satu orang NASA masih mempelajari hal itu," jelasnya.
Lebih lanjut, Wahidin beranggapan bahwa banyak data-data NASA yang keliru seperti roket NASA yang diluncurkan seharusnya meluncur lurus malah melengkung entah kemana."Ketika mereka meluncurkan roket, roketnya tidak benar-benar lurus tapi melengkung belok. Lalu mengapa diluncurkannya harus di pinggir pantai? Itu yang masih jadi pertanyaan," tutur Wahidin.
"Kita tidak tahu apakah di pinggir laut itu akan tenggelam di laut karena banyak 'blank spot', kita belum bisa cek dimana jatuhnya roket itu tiba-tiba sudah ada di ruang angkasa begitu saja," lanjutnya.
Konferensi nasional perdana
Di sisi lain, komunitas Indonesian Flat Earth Research (IFER) sedang merencanakan untuk membuat konferensi nasional bumi datar untuk pertama kali di Indonesia. Wahidin mengatakan konferensi nasional itu akan diadakan pada Oktober 2019 di Jakarta dan terbuka untuk umum.
Namun, pihaknya belum bisa memastikan konsep dan tempat konferensi tersebut. Wahidin dan anggota komunitas IFER lainnya masih melakukan diskusi.
"Saat ini kita lagi kumpulin dana untuk event sebesar itu dan kita juga lagi buat kepanitiaan, maka dari itu kita rapat lagi bulan depan apa saja yang harus kita sepakati," jelasnya.
Di Amerika, konferensi bumi datar telah dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada November 2017 dan Desember 2018 silam.Pada konferensi kedua pada Desember 2018, konferensi internasional itu bertajuk Flat Earth Internasional 2018 yang diselenggarakan di Denver, AS.
Dalam konferensi tersebut, peserta disuguhkan dengan presentasi serta perdebatan yang mempromosikan bahwa bentuk Bumi itu datar. Penganut bumi datar itu beranggapan bahwa tidak ada gambaran asli yang ditunjukkan oleh media mengenai bentuk Bumi. (din/eks)
from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping http://bit.ly/2G0Sq5Q
No comments:
Post a Comment