TESTIMONI
Atep, CNN Indonesia | Jumat, 25/01/2019 19:15 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Persib Bandung adalah rumah saya, harga diri saya. Buat orang Sunda seperti saya, Persib ini budaya. Persib juga pernah jadi cita-cita saya.Kedatangan Persib ke kampung sebelah, di Cikidang, membuat saya jadi mengetahui muka Asep Dayat, penyerang Persib, lewat poster yang ditempel. Saya yang lebih sering mendengarkan pertandingan Persib lewat radio, jadi lebih semangat untuk berangkat ke Bandung.
Berkat informasi dari seorang teman, saya pun menuju SSB UNI di Bandung dengan diantar keluarga besar. Ya, keberangkatan saya ke Bandung sudah seperti orang naik haji.
Masuk SSB, saya minder. Kepercayaan diri saya runtuh ketika saya melihat para pemain yang bermain dengan sepatu. Saya yang terbiasa bermain bola tanpa sepatu, tak bisa berbuat banyak. Ketika pakai sepatu dengan pul, saya tidak bisa mengeluarkan permainan terbaik. Menendang bola pun sulit rasanya. Tetapi saya bersyukur dipertemukan dengan orang-orang baik salah satunya Eka Ramdani.
Eka yang saya lihat waktu itu badannya kecil, gempal, tapi tendangannya keras, dan akurasinya bagus. Saya lihat dia pagi di lapangan, siang di lapangan, sore di lapangan. Saya bertanya dalam hati, "Ini orang enggak ada istirahatnya apa ya?"
Membela Persib Bandung selalu menjadi impian Atep. (ANTARA/Fahrul Jayadiputra)
|
Menjadi anggota Timnas Indonesia menjadi kebanggaan bagi saya, ibarat buah manis dari hasil kerja keras. Tetapi masih ada satu hal yang mengganjal, tawaran Persib tidak kunjung datang. Hidup harus terus berjalan meski cita-cita tampaknya masih jauh dari raihan tangan. Saya berpikir, mungkin belum cukup baik untuk dilirik Persib, Maung Bandung yang saya cintai.
Seiring waktu berjalan, pelatnas Timnas Indonesia U-20 ternyata mewajibkan para pemain bergabung dalam satu klub bernama Persiba Bantul yang berkompetisi di divisi satu atau sama dengan Liga 2 untuk saat ini.
Saya dan pemain-pemain lain merasa tidak sreg dengan kewajiban membela Persiba. Beberapa teman tiba-tiba memilih hengkang dan angkat kaki dari Timnas Indonesia dan bergabung dengan klub lain karena merasa Persiba bukan tujuan.
|
Jiwa muda saya mengatakan tantangan dari Persija yang bermain di kasta tertinggi sepak bola Indonesia pasti akan lebih tinggi dibanding bermain di divisi dua. Saya pun memilih bergabung dengan Macan Kemayoran dan menandatangani kontrak sehari sebelum Timnas Indonesia U-20 berangkat ke Bantul.
Anak muda memang tanpa perhitungan. Saya lupa kalau semua barang masih ada di mess Timnas Indonesia di daerah Rawamangun, Jakarta Timur. Alhasil sekitar pukul 10 malam, dengan sembunyi-sembunyi, saya menggunakan taksi untuk mengambil barang-barang dari Rawamangun untuk saya boyong ke mess Persija di Ragunan.
Deg-degan di malam hari berlanjut pada keesokan hari. Saya dicari oleh pengurus Timnas, telepon yang saya terima dari manajemen tim menyebut saya wajib ikut ke Bantul. Mereka menyebut saya adalah pemain yang dibutuhkan tim sehingga saya harus kembali.
Sementara IGK Manila yang waktu itu menjadi Manajer Persija menegaskan saya harus tetap di Persija, dan beliau juga memastikan akan menjamin keberadaan saya di klub kebanggaan Jakmania.
Pihak PSSI dan Persija pun bertemu untuk menyelesaikan perebutan diri saya, tetapi tidak ada titik temu. Hingga suatu hari pengurus PSSI mengeluarkan surat yang berisi pelarangan bagi Persija untuk menurunkan saya di dalam kompetisi Liga Indonesia yang akan berlangsung.
Menghadapi situasi demikian saya pun bingung. Ketika itu IGK Manila lagi-lagi menenangkan saya. Setelah menghubungi orang tua dan menceritakan masalah, saya memutuskan tetap bermain di Persija meski tidak dapat berlaga selama satu musim kompetisi.
Tidak boleh berlaga di kompetisi bukan berarti saya tak bisa bermain di turnamen pramusim. Piala Emas Bang Yos menjadi perkenalan Atep muda pada Persija. Pada pertandingan ketiga di fase grup, Persija tertinggal dari PSM Makassar dan saya masuk menjadi pemain pengganti.
Hasil akhir seri, Persija tidak lolos ke fase gugur. Tetapi saya menjadi man of the match dan mendapat sambutan meriah. Lebih dari itu saya merasa mendapat kepercayaan dari manajemen, juga suporter. Ternyata tidak ada yang mempermasalahkan saya berasal dari Jawa Barat.
Setelah melewati masa hukuman, saya pun menjadi pemain langganan pengisi tim inti Persija. Musim demi musim saya lalui, tapi saya belum berjodoh dengan gelar juara.
from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping http://bit.ly/2WjMlGg
No comments:
Post a Comment