Pages

Sunday, December 16, 2018

Pendukung Prabowo di Medsos Diduga 'Cyber Troops'

Jakarta, CNN Indonesia -- Pendukung pasangan calon (paslon) presiden-wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di media sosial diduga lebih banyak bergerak sebagai pasukan siber dengan komando terpusat. Sementara, pendukung pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin lebih banyak bergerak secara individual.

Selain itu, akun media sosial yang mencurigakan yang baru dibuat dengan pengikut atau follower sedikit lebih banyak ada di kalangan pendukung Prabowo-Sandi.

Hal itu didasarkan oleh analisis media sosial dari perusahaan analis big data GDILab (Generasi Digital Indonesia) sepanjang 2018.

"Dapat diindikasikan perilaku di kluster paslon Prabowo-Sandi terindikasi cyber troops, sementara kluster pendukung paslon Jokowi-Ma'ruf terindikasi dukungan individu," kata Jeffry Dinomo Chief Business dan cofounder DGILab alias Uje, dalam ForuMedsoSehat, di Jakarta, Minggu (16/12).

Itu didasarkan atas dua hal. Pertama, perbandingan jumlah konten unggahan orisinal dan bukan unggahan ulang atau retweet.

Dari hasil analisis pihaknya, pendukung Jokowi-Ma'ruf memiliki 14,7 persen konten orisinal yang berisi program kerja yang sudah dan akan dikerjakan jika terpilih lagi. Misalnya, soal pengoperasian tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi).

Dua kompetitor di PIlpres 2019, Prabowo Subianto (kiri) dan Joko Widodo (kanan).Dua kompetitor di PIlpres 2019, Prabowo Subianto (kiri) dan Joko Widodo (kanan). (REUTERS/Darren Whiteside)
Selain itu, 69,4 persen konten mereka merupakan retweet konten asli dan 15,9 persen konten mendapatkan balasan berupa komentar.

Di sisi lain, pendukung Prabowo-Sandi hanya memiliki 1,3 persen konten asli alias hasil postingan sendiri. Sementara, konten retweet mencapai 89,7 persen, dan hanya 8,9 persen membalas. Contohnya, dalam hal isu reuni 212.

Kedua, koordinasi yang baik dalam isu tertentu. Uje berpendapat konten yang dihasilkan kubu Prabowo-Sandi lebih terkoordinasi dengan baik. Namun secara interaksi, konten pendukung Jokowi dinilai lebih baik.

"Jadi biasanya dari seginya Prabowo itu hanya untuk menggunakan medsos untuk menaikkan salah satu isu kemudian diviralkan. Kalau di timses jokowi kebalikannya, mereka lebih menyampaikan untuk menghasilkan percakapan yang baik," tuturnya.

Menurut Uje, konten yang baik adalah konten yang terjadi melalui percakapan. Jadi, ketika ada yang menyampaikan sebuah informasi, ada yang menerimanya.

"Kalau sekarang yang terjadi tidak seperti itu. Kebanyakan konten setelah disampaikan langsung disebarkan, bukan dikonfirmasi dulu," lanjutnya.

Aksi reuni 212 menjadi salah satu isu yang kompak dibicarakan para pendukung Prabowo-Sandi.Aksi reuni 212 menjadi salah satu isu yang kompak dibicarakan para pendukung Prabowo-Sandi. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Ketiga, jumlah akun dengan perilaku mencurigakan atau suspicious behaviour yang lebih besar di kubu Prabowo. Hal ini diindikasikan dengan cukup banyaknya partisipan alias pendukung yang berasal dari akun-akun dengan jumlah follower di bawah 50 dan usia akun di bawah 6 bulan.

"Beberapa di antaranya banyak yang baru lahir di bulan Desember. Ada 3,8 persen akun yang terlibat di kluster Jokowi-Ma'ruf dan terindikasi, sedangkan 4,9 persen akun yang terlibat di kluster Prabowo-Sandi yang terindikasi," lanjutnya.

"Secara prosentase, terhadap keterlibatan di masing-masing akun, kluster Prabowo-Sandi prosentase suspicious account lebih besar," Uje menambahkan.

Kendati demikian, Uje enggan menjawab apakah akun-akun mencurigakan ini dikomandoi oleh seorang konsultan. Dia hanya membenarkan bahwa perilaku ini terpusat.

"Kalau ada konsultan atau enggak, saya tidak tahu, tapi yang pasti itu memang terpusat. Kita enggak sampai membedah siapa mastermind," tutupnya.

Pihak Prabowo-Sandi maupun kubu Jokowi-Ma'ruf belum menanggapi perihal hasil analisis ini.

(ain/sur)

Let's block ads! (Why?)

from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2QzlTt3

No comments:

Post a Comment