"Saya pikir kalau pimpinan Polri takut untuk mengungkap, ada wajarnya. Pimpinan Polri bisa diintervensi oleh politik dan lain-lain," kata Novel dalam diskusi dengan tema 'Kami Dibiarkan Buta, Presiden Kemana?', di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (1/11).
Namun, Novel khawatir bila Presiden Joko Widodo (Jokowi) takut untuk mengungkap kasus penyerangan kepada dirinya. Mantan anggota Polri itu akan sangat kecewa jika Jokowi benar-benar takut membongkarnya.
"Saya khawatir, kira-kira presiden takut enggak mengungkap ini? Kalau presiden takut mengungkap ini, saya sangat sedih," ujarnya.
Novel mengatakan bahwa Jokowi yang paling bisa diharapkan dalam mengungkap kejahatan yang dialami dirinya, termasuk yang dialami pegawai KPK lainnya. Dia menyatakan Jokowi adalah pemimpin tertinggi di negeri ini.
"Kalau beliau juga masih takut, kepada siapa lagi yang bisa menegakkan keadilan di negeri ini. Kalau presiden takut dengan hal ini, maka saya kecewa," tuturnya.
Novel yang masih belum melihat dengan sempurna itu, menyatakan seharusnya Jokowi mengambil alih penanganan kasus penyiraman air keras, setelah proses yang dilakukan Polri belum membuahkan hasil. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).
Jokowi disebut tak kunjung bernyali bentuk TGPF kasus Novel Baswedan. (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
|
Bahkan, kata Novel, sejumlah senior dirinya di Mabes Polri mengusulkan agar didorong pembentukan TGPF. Namun, menurut Novel usulan membentuk TGPF, yang juga disuarakan para aktivis antikorupsi, tak direspons pimpinan KPK untuk disampaikan secara resmi kepada Jokowi.
"Ketika ada kebuntuan, ketidaksungguhan yang dilakukan aparat penegak hukum, maka presiden harusnya mengambil alih, dengan memberikan perhatian khusus, memerintahkan staf-stafnya untuk hal ini bisa diungkap," kata Novel.
Novel mengaku sejak dari jauh-jauh hari meminta Jokowi untuk memberikan perhatian serius pada pengungkapan kasus penyerangan kepada dirinya, maupun kepada pegawai KPK lainnya yang juga mendapat teror. Apalagi, kata Novel, Jokowi selalu menyampaikan mendukung kerja pemberantasan korupsi.
"Saya berharap itu bisa diselesaikan, karena itu bentuk dukungan riil pemerintah terhadap masalah pemberantasan Korupsi, tapi itu tidak terjadi," tuturnya.
Hari ini, Kamis (1/11), bertepatan dengan 500 hari penyiraman air keras kepada Novel yang dilakukan orang tak dikenal. Penyiraman air keras terjadi usai Novel melaksanakan salat Subuh di masjid dekat rumahnya, pada 11 April 2017.
Setelah 500 hari berlalu, pihak kepolisian belum juga berhasil mengungkap pelaku maupun dalang penyiraman air keras kepada Novel. Polisi seakan sulit melacak pelaku yang diduga berjumlah dua orang saat menyiram air keras ke wajah Novel.
(fra/DAL) from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2P3XJ9e
No comments:
Post a Comment