Pages

Saturday, October 13, 2018

Misteri Keberadaan Buaya di Anak Sungai Ciliwung Jakarta

Jakarta, CNN Indonesia -- Setengah tahun belakangan, warga DKI Jakarta digemparkan keberadaan sejumlah buaya di beberapa aliran sungai di wilayah ibu kota Republik Indonesia tersebut. Hal itu pun menjadi pertanyaan, pasalnya kondisi perairan di Jakarta saat ini dinilai tak lazim bagi buaya untuk tumbuh berkembang biak.

Reptil yang jejak evolusinya telah berusia jutaan tahun ini, umumnya hidup di kawasan perairan, baik tawar dan laut, yang masih alami dan tidak terdampak pencemaran lingkungan. Berbeda dengan kondisi perairan di Jakarta yang umumnya relatif keruh, dan tercemari berbagai jenis limbah.

Pencarian besar-besaran pun dilakukan Pemprov DKI Jakarta pada Juni hingga Juli lalu akibat ditemukannya buaya-buaya di kawasan Kali Grogol, Jakarta Barat.


Kabar terkini, muncul juga beberapa ekor buaya di aliran anak Sungai Ciliwung yang berada di depan pusat perbelanjaan Mangga Dua Square, Jalan Gunung Sahari Jakarta Utara.

Seorang warga Pademangan yang sering memancing di sekitar jembatan tersebut, Parta, mengaku hampir setiap hari melihat buaya-buaya tersebut berenang di sekitar jembatan atau memunculkan kepalanya ke permukaan.

"Saya sudah lama bilang ada buaya juga di sini, tapi tidak ada yang percaya karena tidak ada yang melihat selain saya. Foto juga tidak punya, handphone [telepon seluler] saya [model] lawas, tidak ada kameranya," ujar Parta seperti dikutip dari Antara, Sabtu (13/10).

Kabar dari mulut ke mulut, diperkirakan saat ini ada tiga ekor buaya yang bersarang di bawah jembatan yang menghubungkan Mangga Dua Square dan Jalan Gunung Sahari.

Parta mengaku beberapa kali memergoki salah satu buaya yang muncul saat subuh, ketika situasi jalan masih sepi dari aktivitas manusia. Namun, terkadang buaya-buaya tersebut juga naik ke gundukan tanah di pinggir sungai pada pagi hari, saat matahari baru naik. Buaya di sana, kata Parta, diketahui dirinya sebelum ramai pemberitaan soal buaya di Kali Grogol, Jakarta Barat.

Buaya merupakan satwa berdarah dingin yang harus menghangatkan suhu tubuhnya secara manual dengan cara berjemur di bawah sinar matahari.

Para menduga ada lubang bawah jembatan yang menjadi sarang buaya-buaya tersebut. Oleh karenanya, untuk saat ini ia tidak berani memancing hingga bawah jembatan untuk menghindari serangan buaya.

Waspada Buaya di Perairan JakartaPetugas Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Barat menyisir Kali Grogol di Jalan Jalambar, Jakarta Barat untuk memburu buaya liar, Jakarta, Kamis, 28 Juni 2018. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Petugas Sudin DLH Khawatir

Kekhawatiran ternyata tidak hanya dirasakan Parta, namun juga petugas kebersihan dari UPK Badan Air Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara yang setiap hari bertugas membersihkan aliran anak Sungai Ciliwung di Gunung Sahari dari sampah.

Sapar, salah seorang petugas kebersihan, merasa rutinitas pekerjaannya menjadi terganggu sejak muncul buaya di lokasi kerjanya.

Rasa khawatir akan diserang buaya kerap menghantui Sapar dan rekannya yang lain saat membersihkan aliran sungai dari sampah, terlebih saat diketahui buaya-buaya yang diduga terdiri atas dua spesies itu bersarang di bawah jembatan.

Padahal, kolong jembatan merupakan titik yang didapati ada sampah yang tersangkut sehingga mengharuskan petugas masuk menggunakan rakit sederhana yang terbuat dari rangkaian kotak plastik berukuran sekitar 2,5x3 meter.

"Kami berdoa saja minta keselamatan ke Allah. Kalau tidak dikerjakan [pembersihan] kami yang salah, kalau dikerjakan ada rasa takut. Namanya tugas ya mau gimana lagi, yang penting kami sudah berdoa, istri dan keluarga di rumah juga sudah mendoakan," ujar Sapar yang lalu dibenarkan kawannya, Irpan.

Saat pertama melihat buaya-buaya itu, Irpan tentu sangat kaget karena tidak menyangka ada buaya di sungai yang airnya berwarna hitam itu.

Dari yang ia ketahui, Irpan mengatakan buaya yang terdapat di sana adalah jenis buaya muara (Crocodylus porosus) dan buaya Senyulong (Tomistoma schlegelii). Ia pun berharap, petugas terkait dapat segera menangkap buaya tersebut sehingga pekerjaannya untuk menjaga kebersihan sungai dari sampah tidak terganggu keberadaan binatang buas tersebut.


Misteri Keberadaan Buaya di Anak Sungai Ciliwung JakartaWarga menyaksikan buaya yang diamankan dari kawasan Kali Grogol, Jakarta, 30 Juni 2018. (CNN Indonesia/ Hesti Rika)

Upaya Penangkapan

Sebelumnya, jajaran Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta sudah mengupayakan penangkapan terhadap buaya-buaya tersebut.

Jaring dan umpan sudah dipasang selama empat hari namun tidak membuahkan hasil hingga akhirnya jaring tersebut diangkat lagi oleh polisi hutan pada Kamis (11/10) lalu.

Menurut Sapar, selama empat hari pemasangan perangkap itu buaya-buaya tersebut sama sekali tidak memperlihatkan diri sehingga muncul dugaan buaya tersebut telah pergi ke area lain.

Namun, Jumat (12/10) pagi kemarin, Parta dan Irpan mengaku kembali melihat buaya tersebut muncul ke permukaan air. Dan, aku mereka secara terpisah, salah satu dari buaya itu bahkan naik ke gundukan tanah untuk berjemur.

Terkait dengan kegagalan penangkapan, seorang pecinta reptil, Wahyudi, yang kebetulan berada di lokasi karena penasaran tentang kabar adanya buaya pun, menduga ada yang berasal dari muara atau ada yang sengaja dilepas atau dibuang.

Pria asal Kebumen itu menduga buaya muara bisa saja dibuang seseorang ke sana, atau ia masuk lewat area Teluk Jakarta yang masih ditumbuhi bakau.

Namun untuk Senyulong, Wahyudi meyakini bahwa buaya tersebut pasti dibuang seseorang karena habitat buaya yang bermoncong runcing dan panjang itu bukan di Pulau Jawa.

"Itu tidak mungkin kalau tidak ada yang buang, Senyulong itu habitatnya di Kalimantan atau Sulawesi. Senyulong bukan berasal dari Pulau Jawa, dan termasuk buaya langka," katanya menegaskan.

Ia pun meminta agar petugas kebersihan atau warga berhati-hati karena diduga buaya-buaya tersebut masih muda, sebagaimana identifikasi berdasarkan laporan tentang ukuran buaya tersebut.

"Buaya muda lebih agresif dan bahaya. Giginya lebih tajam dibanding buaya tua. Kalau yang tua giginya banyak yang sudah tanggal dan agak tumpul, sementara buaya muda giginya kan baru dan tajam," ujarnya.

Waspada Buaya di Perairan JakartaWarga ikut memerhatikan saat petugas Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Barat menyisir Kali Grogol di Jalan Jalambar, Jakarta Barat untuk memburu buaya liar, 28 Juni 2018. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Kiat Menangkap Buaya Liar

Menurut Wahyudi, ada teknik khusus untuk menangkap buaya liar sebagaimana pengalamannya dahulu sewaktu masih aktif berburu binatang tersebut.

Caranya ialah dengan membentangkan jaring di area yang diduga ada buayanya, kemudian kedua ujung jaring tersebut ditarik sejajar di sisi sungai sehingga di tengahnya membentuk huruf 'U'.

Di tengah titik 'U' kemudian dimasukkan umpan berupa 5-6 telur ayam yang sudah dilubangi dengan jarum atau paku kecil sehingga cairannya keluar. Umpan telur ia klaim lebih disukai buaya ketimbang ayam seperti yang dilakukan oleh BKSDA sebelumnya.

"Buaya itu suka yang bau amis, telur itu pasti disambar sama buaya. Kalau ayam belum tentu, apalagi dikasih bangkai ya tidak akan mempan. Ayam hidup boleh saja, tapi harus dilukai sedikit biar keluar darahnya. Itu buaya masih mau," katanya.

Selanjutnya, ketika telur terlihat ada yang menyambar, maka petugas langsung menarik kedua ujung jaring berlawanan arah agar menjerat buaya yang sudah ada di dalam titik 'U'. Meski begitu, ia pun mengingatkan agar saat melaksanakan metode tersebut tidak dalam situasi ramai karena buaya sangat sensitif dengan keramaian.

(kid)

Let's block ads! (Why?)

from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2ROCJRV

No comments:

Post a Comment