"Saya belum bisa bilang berapa (prediksi inflasi), tapi rasanya kan dua bulan terakhir ini dia (tingkat harga) negatif kan, Oktober ini mungkin tidak negatif lagi, sudah positif, tetapi masih kecil," ujar Darmin di usai menghadiri sebuah acara di Jakarta, Rabu (31/10).
Badan Pusat Statistik mencatat tingkat harga mengalami deflasi selama periode Agustus-September. Pada Agustus, tingkat harga tercatat mengalami deflasi sebesar 0,05 persen secara bulanan. Kemudian, September, penurunan tingkat harga semakin dalam ke level 0,18 persen.
Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro memperkirakan inflasi Oktober akan berada di kisaran 0,11 persen secara bulanan dan 2,99 persen secara tahunan. Proyeksi ini lebih rendah dari hasil survei pekan keempat Bank Indonesia (BI) yang mencatat tingkat harga bakal mengalami inflasi sebesar 0,17 persen dengan komoditas pemicu inflasi antara lain, cabai merah, bensin, dan emas.
"Proyeksi kami lebih rendah dibandingkan BI mengingat kami memperhatikan penurunan harga makanan seperti ayam, telur, dan daging sapi di Oktober, meski ada sedikit kenaikan di komoditas pangan bergejolak seperti cabai dan bawang," ujar Satria dalam catatannya.
Lebih lanjut, Satria juga memproyeksi inflasi inti tahunan akan tetap stabil di kisaran 2,8 persen.
Ke depan, Satria memperkirakan inflasi akan menanjak di November dan Desember. Hal itu berdasarkan data historis selama tiga tahun terakhir di mana inflasi bulanan terendah di kuartal IV terjadi di Oktober.
Namun, secara tahunan, Satria memperkirakan inflasi tahun ini masih akan di kisaran 3,4 persen.
Sementara itu, Ekonom Senior Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan inflasi Oktober 2018 akan berkisar 0,18 persen secara bulanan atau 3,06 persen secara tahunan. Dengan demikian, inflasi tahun berjalan masih terjaga di level 2,12 persen. (sfr/lav) from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2RkUmHG
No comments:
Post a Comment