Pages

Friday, October 5, 2018

10 Bintang 'Bersinar' di Pertemuan IMF-World Bank di Bali

Jakarta, CNN Indonesia -- Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018 akan digelar dalam hitungan hari di Bali. Hajatan untuk mendiskusikan perkembangan ekonomi dan keuangan global terkini itu utamanya akan dihadiri para pengambil kebijakan ekonomi, yaitu Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari 189 negara anggota IMF dan World Bank.

Selain pengambil kebijakan, pertemuan ini juga akan dihadiri oleh konglomerat dunia, anggota parlemen, ekonom, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi dan jurnalis dari berbagai media di dunia.

Dirangkum dari berbagai sumber, CNNIndonesia.com mengajak pembaca untuk berkenalan dengan sepuluh elite dunia yang akan hadir di gelaran prestisius ini.


1. Christine Lagarde (Direktur Pelaksana IMF)

Wanita berkebangsaan Prancis ini merupakan wanita pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana IMF. Lagarde pertama kali dilantik sebagai orang nomor satu IMF pada 5 Juli 2011 dengan masa jabatan lima tahun. Kemudian, pada 5 Juli 2016, Lagarde kembali dipercaya untuk memegang jabatan yang sama untuk periode lima tahun kedua.

Lagarde mengawali karir sebagai pengacara di firma hukum internasional Baker & McKenzie dengan spesialisasi masalah tenaga kerja, persaingan usaha, merger dan akuisisi. Karir Lagarde terus melesat di Baker & McKenzie hingga menjabat Ketua Komite Eksekutif Global pada 1999 dan Ketua Komite Global Strategic pada 2004 silam.

Pada 2005 hingga 2007, Lagarde menjadi kaum birokrat Perancis dengan menjadi Menteri Perdagangan di era Presiden Jacques Chirac. Setelah itu, pada Mei 2007, Largarde menjadi Menteri Pertanian selama sebulan sebelum menjabat sebagai Menteri Ekonomi, Keuangan, dan Tenaga Kerja, wanita pertama di Prancis hingga 29 Juni 2011.

Namun, karir Lagarde bukan tanpa cela. Dikutip dari Reuters, pada Desember 2016, Pengadilan Perancis menyatakan Lagarde lalai dalam pemberian kompensasi negara yang berlebih dalam penyelesaian sengketa pengusaha Bernard Tapie senilai 400 juta euro saat ia menjabat sebagai Menteri Keuangan Perancis pada 2008.


Namun, Lagarde tidak mendapatan sanksi atas kelalaian tersebut mengingat kala itu, Lagarde sibuk menghadapi krisis keuangan dunia 2008 - 2009 dan mempertimbangkan reputasi baik Lagarde di mata dunia.

Selama berkarir di IMF, Lagarde aktif menjalankan agenda strategis untuk melakukan reformasi dan memperkuat sistem moneter internasional. Salah satu program IMF adalah menyalurkan pinjaman kepada anggotanya yang membutuhkan.

Pinjaman IMF ditujukan untuk membantu negara anggota mengatasi masalah neraca pembayaran, menstabilkan perekonomian dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dana pinjaman tersebut berasal dari dana cadangan yang disumbang oleh negara anggotanya dengan satuan Hak Penarikan Khusus (Special Drawing Right/SDR).

Namun, negara yang ingin mencairkan pinjamannya harus memenuhi sejumlah syarat IMF untuk penyesuaikan struktural perekonomian negara terkait.


Berdasarkan situs resmi Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018, nilai komitmen pinjaman IMF yang aktif per September 2017 mencapai SDR113 miliar atau US$160 miliar. Porsi pinjaman SDR101 miliar (US$143 miliar) belum ditarik. Peminjam terbesar berasal dari Yunani, Ukraina, Portugal, dan Pakistan.

Dilansir dari situs resmi IMF, per September 2018, IMF memiliki kapasitas sumber kredit ke negara anggotanya sebesar SDR475,47 miliar atau sekitar US$660,9 miliar (asumsi kurs US$1,39 per SDR pada 28 September 2018).

2. Jim Young Kim (Presiden Bank Dunia)

Peraih gelar Doktor di bidang kedokteran dari Universitas Harvard ini menjabat sebagai Presiden World Bank sejak 1 Juli 2012. Kim merupakan Presiden World Bank pertama yang latar belakangnya bukan berasal dari politik maupun ekonomi.

Pada 1987, Kim menjadi salah satu pendiri organisasi nirlaba di bidang kesehatan di Amerika Serikat (AS) Partners in Health dengan misi membuat biaya pengobatan lebih terjangkau bagi pasien.


Kemudian pada 2003-2006, Kim berkarir di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pada Maret 2004, Kim diangkat sebagai Kepala Departemen HIV/AIDS WHO dan menjalankan program pencegahan dan perawatan bagi penderita HIV/AIDS, terutama di negara berkembang.

Pada 2009-2012, Kim menjadi rektor keturunan Asia pertama di salah satu universitas bergengsi AS Darmouth College sebelum akhirnya dinominasikan oleh Presiden AS Barrack Obama untuk menjadi Presiden World Bank.

Selama menjabat sebagai Presiden World Bank, Kim telah beberapa kali mengunjungi Indonesia. Terakhir, Kim bertemu dengan Presiden Joko Widodo pada pertengahan tahun ini untuk membicarakan persiapan Pertemuan Tahunan Dewan Gubernur IMF-World Bank yang akan diselenggarakan pada 8-14 Oktober 2018 di Nusa Dua, Bali.

Bank Dunia melansir, per 30 Juni 2018, total komitmen pinjaman yang dikucurkan World Bank kepada negara berkembang, termasuk Indonesia, mencapai US$63,9 miliar naik sekitar 8,7 persen secara tahunan.


Sekitar 32,1 persen dari komitmen tersebut terkait dengan perubahan iklim. Kemudian, porsi pinjaman untuk pengembangan sumber daya manusia, termasuk di dalamnya untuk pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial, dan ketenagakerjaan naik dari 16 persen menjadi 25,2 persen.

3. Jerome Hayden Powell (Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve/The Fed)

Dipromosikan oleh Presiden AS Donald Trump, Jerome Hayden Powell menjabat sebagai Gubernur The Fed sejak Februari 2018, menggantikan Janet Yellen.
Powell mengantongi gelar Doktor di bidang hukum dari Universitas Georgetown, AS. Powell pernah berkarir di firma hukum, bank investasi AS, hingga pejabat di Kementerian Keuangan AS.

Sebelum menjabat sebagai Gubernur The Fed, Powell telah mengisi salah satu kursi anggota Dewan Gubernur The Fed sejak 2012, menggantikan Frederic Mishkin yang mundur kala itu.

Di bawah kepemimpinan Powell, The Fed melanjutkan kebijakan pengetatan moneternya seiring naiknya tingkat inflasi dan berkurangnya tingkat pengangguran di Negeri Paman Sam. Sejumlah ekonom menilai Powell lebih agresif dalam mengerek suku bunga acuan dibandingkan Yellen.


Tercatat, hingga akhir September, The Fed telah mengerek suku bunganya sebanyak tiga kali masing-masing sebesar 25 basis poin ke kisaran 2 hingga 2,25 persen. The Fed telah memberikan sinyal bakal menaikkan suku bunga acuannya sebanyak empat kali sepanjang tahun ini dan dua kali untuk tahun depan.

Kenaikan suku bunga The Fed membuat negara berkembang ketar-ketir karena dapat mendorong aliran modal keluar dari negara berkembang ke negara maju.

Bergabung menjadi anggota IMF sejak 1945, AS memiliki kuota IMF terbesar mencapai SDR82,99 miliar atau sekitar US$115,35 miliar (asumsi kurs US$1,39 per SDR pada 28 September 2018). Porsi kuota negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini setara dengan 17,46 persen dari total kuota IMF.

4. Steve Mnuchin (Menteri Keuangan Amerika Serikat)

Steve Mnuchin menjabat sebagai Menteri Keuangan AS sejak 13 Februari 2017, di era kepemimpinan Presiden AS Donald Trump.


Lulusan Universitas Yale ini telah 17 tahun berkarir di perusahaan investasi Goldman Sach. Ia keluar dari salah perusahaan keuangan terbesar di dunia itu pada 2002 dengan jabatan tertinggi Executive Vice President. Kemudian, melanjutkan karir sebagai bankir investasi di perusahaan yang didirikannya Dune Capital Management.

Mnuchin mempunyai beban untuk membantu Trump mendorong laju perekonomian, meningkatkan laju inflasi dan mengurangi tingkat pengangguran di AS. Mnuchin juga merupakan eksekutor dari berbagai kebijakan insentif pajak Trump, terutama bagi dunia usaha.

Pada kuartal II 2018, perekonomian AS tumbuh 4,2 persen, naik dari kuartal sebelumnya yang hanya 2,2 persen. Tingkat inflasi AS pada Agustus lalu berada di level 2,7 persen secara tahunan.

5. Mario Draghi (Gubernur Bank Sentral Uni Eropa Europeran Central Bank)

Mario Draghi menjabat sebagai Gubernur Bank Sentral Uni Eropa (European Central Bank/ECB) sejak 1 November 2011. Pada 2015, Draghi menduduki posisi ke-2 dalam daftar Pemimpin Dunia terbaik versi majalah Fortune.


Sebelum menjabat sebagai orang nomor satu ECB, Draghi pernah berkarir sebagai Direktur Eksekutif Bank Dunia untuk Italia pada 1984 - 1990, Direktur Jenderal di Kementerian Keuangan Italia, dan Direktur Pelaksana jasa keuangan Goldman Sachs International 2002 - 2005. Draghi juga pernah menduduki kursi Gubernur Bank Sentral Italia selama periode 2005-2011.

Selama menjabat Gubernur ECB, Draghi beberapa kali menyuntikkan pinjaman ECB dalam jumlah besar ke bank-bank di Uni Eropa untuk membantu mengatasi krisis utang pemerintah negara anggotanya, salah satunya Yunani.

Pada 2011, ECB mengucurkan pinjaman senilai 480 miliar euro kepada bank-bank di 17 negara Uni Eropa. Kemudian, pada 2012, ECB kembali mengucurkan pinjaman jangka panjang senilai 529,5 miliar euro kepada ratusan bank di Uni Eropa dengan bunga murah satu persen per tahun.

ECB juga menjalankan program stimulus berupa pembelian obligasi senilai 2,55 triliun euro sejak 2015 lalu dan akan berakhir pada akhir tahun ini.


Hingga kini, ECB masih berada di era suku bunga acuan rendah di level -0,4 persen untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi di Benua Biru. Namun, sama dengan negara maju lainnya, ECB telah memberikan sinyal untuk memperketat kebijakan ekonominya mulai tahun depan, seiring pemulihan ekonomi di zona euro.

6. Haruhiko Kuroda (Gubernur Bank Sentral Jepang Bank of Japan/BoJ)

Dilansir dari Reuters, Haruhiko Kuroda menjabat sebagai Gubernur Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) sejak Maret 2013 untuk masa jabatan lima tahun dan kembali ditunjuk masa jabatan lima tahun ke-2 pada awal tahun ini.

Kuroda memiliki tugas berat untuk menggerakkan perekonomian terbesar ketiga dunia ini yang sempat berada pada tahap resesi melalui kebijakan moneternya.

Di bawah kepemimpinan Kuroda, BoJ menjalankan kebijakan pelonggaran moneter yang agresif di mana suku bunga ditahan di level sangat rendah di level nol persen. Dengan harapan, Jepang bisa mencapai target inflasinya di level 2 persen. Pada Agustus lalu, inflasi Jepang tercatat hanya 1,3 persen.


Pada kuartal II 2018 lalu, ekonomi Jepang tercatat tumbuh 3 persen secara tahunan, tertinggi sejak 2016.

Menjadi anggota IMF sejak 1952, Jepang memiliki kuota IMF terbesar kedua mencapai SDR30,82 miliar atau sekitar US$42,83 miliar (asumsi kurs US$1,39 per SDR pada 28 September 2018). Kuota Jepang setara dengan 6,48 persen dari total kuota IMF.

7. Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan Republik Indonesia)

Sri Mulyani Indrawati menjabat sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia sejak pertengahan 2016, menggantikan Bambang PS Brodjonegoro. Di tahun yang sama, Sri Mulyani memutuskan untuk memangkas puluhan triliun rupiah belanja negara untuk mengatasi tekanan defisit pada anggaran negara di tengah seretnya pemasukan dari sektor perpajakan. Di tahun yang sama, Indonesia juga menerapkan kebijakan amnesti pajak.

Jabatan menteri keuangan bukan hal baru bagi alumni University of lllinois Urbana Champaign ini. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan pada masa pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono, 2005 - 2010.


Pada 2010-2016, Sri Mulyani menduduki jabatan elite sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia.

Sri Mulyani dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik se-Asia Pasifik versi majalah keuangan FinanceAsia pada Maret 2018. Penghargaan serupa juga diterima Sri Mulyani pada tahun lalu.

Selain itu, Sri Mulyani juga mendapatkan gelar sebagai Menteri Terbaik Dunia 2018 versi World Goverment Summit (WGS) pada Februari lalu.

Sri Mulyani menutup tahun lalu dengan realisasi defisit APBN 2017 sebesar Rp334,4 triliun atau 2,48 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB), melebar dari tahun sebelumnya 2,35 persen dari PDB. Pertumbuhan ekonomi tercatat hanya 5,07 persen, sedikit membaik dari 2016 yang sebesar 5,03 persen.


Tahun ini, Sri Mulyani menargetkan ekonomi bisa tumbuh ke kisaran 5,2 persen dan defisit APBN terjaga di kisaran 2,12 persen dari PDB.

Indonesia menjadi anggota IMF sejak 1967. Per 30 September, Indonesia memiliki kuota IMF senilai SDR4,65 miliar atau sekitar US$6,46 miliar (asumsi kurs US$1,39 per SDR pada 28 September 2018), atau sekitar 0,98 persen dari total kuota.

8. Perry Warjiyo (Gubernur Bank Indonesia)

Perry Warjiyo dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia oleh Mahkamah Agung pada 24 April 2018, menggantikan Agus DW Martowardojo yang habis masa jabatannya.
Perry telah berkarir di BI selama lebih dari 30 tahun. Sebelum menjadi Gubernur BI, Perry telah menduduki salah satu kursi anggota Dewan Gubernur BI sejak 2013 hingga 2018.

Saat ini, BI menghadapi berbagai tantangan perekonomian, mulai dari gejolak nilai tukar rupiah, defisit transaksi berjalan, tekanan kenaikan suku bunga acuan negara maju, minimnya penyaluran kredit perbankan, migrasi kartu ATM/debit ke teknologi chip, hingga pendalaman pasar keuangan.


Sejak awal menjabat, Perry terus menekankan bahwa BI akan menjalankan kebijakan moneter preemptive, front loading, dan a head the curve untuk menjaga stabilitas perekonomian di tengah tren pengetatan kebijakan moneter negara maju.

Sejak menjabat, Perry telah mengerek suku bunga BI sebanyak lima kali sebesar 150 basis poin ke level 5,75 persen.

Adapun tingkat inflasi, BI menargetkan tetap berada di level 3,5 plus minus satu persen pada tahun ini.

9. Jack Ma (Pendiri Group Alibaba)

Pria berkebangsaan China ini merupakan pendiri raksana bisnis e-commerce dan media sosial Alibaba.


Dikutip dari Forbes, harta kekayaan Jack Ma mencapai US$36,9 miliar atau sekitar Rp546,12 triliun (asumsi kurs Rp14.800 per dolar AS) per 30 September 2018. Kekayaan Jack Ma membuatnya duduk sebagai orang terkaya dunia ke-20 tahun ini versi majalah Forbes.

Pada 18 September 2018 lalu, Jack Ma mengumumkan akan mundur dari posisi bos Alibaba dan telah menunjuk suksesornya Daniel Zhang.

Alibaba telah melantai di bursa saham New York sejak 2014 dan mampu meraup US$25 miliar, sekitar Rp370 triliun, pada penawaran saham perdananya kala itu.

Pada kuartal II 2018 lalu, perusahaan mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 61 persen secara tahunan menjadi US$12,2 miliar atau sekitar Rp180,46 triliun. Porsi terbesar pendapat disumbang dari bisnis e-commerce yang mencapai US$10,45 miliar, sekitar Rp154,46 triliun.


10. Bill Gates (Pendiri Microsoft)

Pendiri perusahaan piranti lunak Microsoft ini hanya diungguli oleh bos Amazon Jeff Bezos dari sisi kekayaan pada tahun ini.

Per 30 September 2018, Forbes mencatat kekayaan Bill Gates mencapai US$97,9 miliar atau sekitar Rp1.448,92 triliun (asumsi kurs Rp14.800 per dolar AS).

Gates mendirikan Microsoft pada 1975, perusahaan yang telah membawanya sebagai penghuni tetap kelompok orang terkaya di dunia.

Namun, pada awal 2000, dia tak lagi mengatur masalah operasional perusahaan dan memilih untuk lebih aktif melakukan kegiatan filantropi.


Melalui Bill & Melinda Gates Foundation, yayasan yang didirikannya bersama istrinya, Gates rajin beramal sebagai donor untuk program peningkatan kesejahteraan dan riset ilmu pengetahuan. (bir)

Let's block ads! (Why?)

from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2QxUkfq

No comments:

Post a Comment