Liquefaction sendiri merupakan fenomena likuifaksi tanah yang kaku kemudian berubah menjadi gembur sehingga muncul ke permukaan dalam bentuk lumpur akibat tekanan gempa.
Fenomena ini kata Sutopo muncul di kawasan Sigi, Jalan Dewi Sartika Palu Selatan, Petobo, Biromaru hingga Didera.
"Muncul fenomena lumpur ini, karena memang tanah di bawah terkena guncangan gempa yang keras jadi lumpur lembek yang dianggap orang lumpur bekas tsunami, padahal beda," kata Sutopo.Lumpur ini disebut Sutopo sama berbahayanya dengan gempa itu sendiri, sebab lumpur yang muncul di bawah permukaan gedung bisa menyebabkan bangunan rubuh hingga hanyut.
"Fenomena ini memang membuat bangunan rubuh hingga hanyut, memang fenomena ini adalah sesuatu yang alamiah terjadi pascagempa," katanya.
Sebelumnya memang sempat beredar sebuah video hanyutnya bangunan, pohon, hingga tower BTS di daerah Palu Selatan usai terjadi gempa dan tsunami. Namun, pergerakan bangunan-bangunan itu bukan terjadi lantaran air gelombang tsunami, melainkan terbawa arus lumpur yang bergerak.
Korban tewas akibat gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah saat ini mencapai 832 orang. Untuk sementara korban tewas terbanyak di Palu yakni 821 orang. Sementara di Donggala 11 orang.
Sutopo mengatakan, jumlah korban ini diterima dari petugas di lapangan meski jaringan komunikasi belum sepenuhnya pulih.
"Meski akses terputus kami dapat laporan dari PMI (Palang Merah Indonesia) pusat di Donggala ditemukan 11 meninggal akibat bangunan roboh dan tsunami," kata Sutopo di Jakarta, Minggu (30/9).Korban tewas yang ditemukan dimakamkan secara massal karena pertimbangan kesehatan. Mereka yang dimakamkan setelah bisa diidentifikasi.
(tst/eks)
from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2RcgbKj
No comments:
Post a Comment