Berdasarkan risalah kebijakan dikeluarkan The Fed pada Rabu (22/8) waktu setempat, bank sentral bakal tetap memperhatikan dampak perselisihan perdgangan global yang dapat menghantam dunia usaha maupun konsumsi rumah tangga.
The Fed telah menaikkan suku bunga secara bertahap sejak tahun 2015. Tahun ini, mereka telah menaikan bunga sebanyak dua kali.
Meski tak mengubah tingkat bunganya dalam rapat terakhir, The Fed membuka kemungkinan kenaikan bunga dalam waktu dekat.
Pembuat kebijakan ini kini khawatir ekonomi AS yang tumbuh kuat belakangan ini memicu inflasi melampau target sebesar 2 persen.
"Banyak anggota (Dewan Gubernur The Fed) menyarankan bahwa jika data yang masuk terus mendukung prospek ekonomi mereka saat ini, kemungkinan akan segera tepat untuk mengambil langkah lain dalam menghapus akomodasi kebijakan," menurut Risalah tersebut, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (23/8).
Para pembuat kebijakan umumnya mencatat bahwa pengeluaran oleh rumah tangga dan bisnis AS tumbuh kuat.
Pejabat Fed juga umumnya memperkirakan ekonomi akan tumbuh cukup cepat dan memberikan tekanan pada inflasi. Baru-baru ini, tingkat inflasi AS mendekati target bank sentral.
Dengan kenaikan suku bunga, banyak pembuat kebijakan mengatakan the Fed akan segera berhenti menggambarkan kebijakan moneter sebagai dorongan untuk ekonomi.
Pada saat yang sama, para pembuat kebijakan mengadakan diskusi yang luas tentang risiko terhadap ekonomi dari memanasnya ketegangan perdagangan. Administrasi Trump telah menaikkan tarif impor dari berbagai negara, termasuk China dan anggota Uni Eropa, memicu tarif pembalasan atas ekspor AS.
Diskusi tersebut menggarisbawahi situasi sulit yang dapat dihadapi The Fed jika perselisihan perdagangan memburuk, dengan bisnis AS yang berpotensi perlu mengurangi lowongan kerja dan konsumen yang bakal menghadapi kenaikan harga.
Para pembuat kebijakan menunjukkan bahwa perselisihan perdagangan yang panjang dapat memukul sentimen bisnis, pengeluaran investasi, dan serapan tenaga kerja. Kenaikan tarif yang luas, bagaimanapun, akan mengurangi daya beli rumah tangga AS.
Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada Reuters pada hari Senin bahwa dia tidak senang dengan rencana The Fed menaikkan suku bunga. Menurut Trump, bank sentral harus berbuat lebih banyak untuk meningkatkan perekonomian. </span>
from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2OZx1tV
No comments:
Post a Comment