Sikap Trump dinilai telah meruntuhkan harapan pasar bahwa dua negara ini akan mencapai kesepakatan yang positif dari perundingan perang dagang yang baru saja dilakukan.
"Perang perdagangan AS-China merusak prospek permintaan minyak, ini akan menambah kekhawatiran pasar. Perang dagang jelas masih jauh dari selesai," ungkap Mitra Again Capital Management John Kilduff.
Selain karena keputusan Trump, pelemahan harga minyak juga disebabkan sikap The Fed yang menyatakan bahwa penurunan suku bunga acuan bukan awal dari serangkaian pemotongan jangka panjang demi menopang ekonomi global yang melambat.
Sebelumnya, harga minyak dunia terus menanjak karena ekspektasi pasar The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya. Setelah bank sentral itu memangkasnya kemarin, pasar pun terus mengapresiasi.
Diketahui, The Fed kemarin menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Keputusan ini diambil sebagai respons perlambatan ekonomi AS pada kuartal II 2019.
Ekonomi AS hanya tumbuh 2,1 persen pada kuartal II tahun ini. Realisasi itu lebih rendah dari periode yang sama 2018 lalu sebesar 3,1 persen. Sementara, harga saham Wall Street justru menguat setelah Trump memutuskan untuk memberikan tarif tambahan terhadap barang impor dari China. Begitu pula dengan harga obligasi pada perdagangan kemarin.
[Gambas:Video CNN]
vhdsaah (aud/agt)
No comments:
Post a Comment