CEO Gojek Nadiem Makarim menyebut saat ini layanan pengataran makanan dan pembayaran telah menghasilkan US$2 miliar (Rp28,7 triliun) dan US$6,3 miliar (Rp90,4 triliun) per tahun.
Sehingga, perusahaan itu berencana untuk mendulang untung dari layanan pengantaran makanan dan keuangan. Gojek bahkan menyebut tak butuh agar layanan transportasi online miliknya memberikan keuntungan jika perusahaan itu melakukan IPO.
"Aset yang sangat kuat dari Gojek, kami tidak perlu layanan transportasi online jadi menguntungkan terlebih dulu," jelas CEO Gojek Nadiem Makarim dalam wawancaranya dengan Nikkei Asian Review, Rabu (29/5)."Transportasi online [...] hanya menyumbang kurang dari seperempat dari total transaksi (GMV)Gojek. Makanan sangat besar dan pembayaran lebih besar lagi," tuturnya.
"Kami membangun bisnis ini dengan asumsi kalau transportasi online hanya akan mencapai titik impas (break even point)," lanjutnya lagi ketika menerangkan ini adalah skenario dasar mereka.
Sehingga jika layanan transportasi online bisa menorehkan keuntungan, itu adalah skenario optimis dari Gojek. Hal ini diungkap Nadiem menanggapi banyaknya keraguan mengenai bisnis model layanan transportasi online. Terutama ketika Uber mulai melakukan penjualan saham perdana bulan ini.
Sebelumnya, Nadiem sempat mengungkap pada 2018 lalu Gojek mencatat total transaksi hingga Rp126 triliun. Namun ia tidak mengungkap detil dari pendapatan Gojek tersebut. Angka total transaksi ini (GMT) naik 3,5 kali dalam dua tahun dari 2016 ke 2018. Gojek mengklaim angka transaksi ini ada di atas kompetitor, seperti dilaporkan CNBC Indonesia.
Namun, Nadiem tak menampik jasa besar layanan transportasi online bagi perkembangan perusahaannya. Bagi Gojek, layanan transportasi online adalah sumber awal pendapatan mereka, terutama untuk layanan ojek online. Sebab, itu adalah layanan yang paling sering dipakai dan yang paling banyak menarik pengguna bagi aplikasi mereka. Layanan ini juga menjadi sumber pendapatan utama bagi 2 juta pengemudi Gojek.Layanan inilah yang menjadi tenaga bagi layanan Gojek lain seperti GoFood misalnya. Selain itu, layanan transportasi online menjadi alasan para pelanggan Gojek kembali menggunakan layanan tersebut. Sehingga, Gojek menggunakan strategi yang mengombinasikan daya tarik transportasi online dengan pendapatan yang diperoleh dari restoran dan toko yang mencari pelanggan.
Meski demikian, Nadiem menolak untuk membeberkan kapan perusahaan itu akan mendulang untung. Sehingga, diperkirakan hal itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Nadiem hanya mengungkap kalau perusahaannya akan menginvestasikan ulang semua keuntungan untuk pertumbuhan pengguna. Sehingga mereka bisa mendapat potongan kue pasar yang lebih besar.
Dalam wawancara tersebut, Gojek menyebut telah mendapat suntikan US$500 juta dari Google. Hal ini membuat Gojek menjadi rekan terbesar Google di Asia Tenggara.Startup asal Amerika Serikat yang menjadi pionir layanan transportasi online, sempat tercatat sebagai perusahaan privat terbesar di dunia. Namun, setelah Uber melepas saham perdananya, nilai saham perusahaan ini langsung terjun bebas.
Hal itu terjadi setelah Uber mengumumkan kalau mereka mengalami kerugian besar. Hal ini juga mengundang pertanyaan terhadap penilaian valuasi dari berbagai perusahaan unicorn transportasi online lainnya di berbagai belahan dunia. (eks/eks)
from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping http://bit.ly/2JPDJnX
No comments:
Post a Comment