Pagi ini, sebagian besar mata uang utama Asia menguat terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong menguat 0,01 persen, disusul oleh peso Filipina sebesar 0,02 persen, ringgit Malaysia 0,13 persen, dolar Singapura 0,14 persen, won Korea Selatan 0,16 persen, dan baht Thailand 0,17 persen. Di sisi lain, terdapat pula mata uang yang melemah seperti yen Jepang 0,2 persen.
Adapun, pergerakan mata uang utama negara maju bervariasi terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris melemah 0,1 persen sementara euro dan dolar Australia masing-masing menguat 0,07 persen dan 0,29 persen.
Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan rupiah pagi ini masih terkena imbas dari hasil pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV sebesar 2,2 persen atau lebih rendah dari prediksi 2,6 persen, yang diumumkan pada Kamis (28/3) pekan lalu. Hal ini juga berimbas pada turunnya imbal hasil obligasi pemerintah AS.
Dari dalam negeri, pelaku pasar tengah mengantisipasi rilis inflasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS), di mana tren inflasi diperkirakan masih stabil. Tercatat, inflasi bulanan Indonesia bergerak dari 0,32 persen menjadi deflasi 0,17 persen di Februari. Jika inflasi stabil, artinya fundamental ekonomi Indonesia masih kuat.
Tak ketinggalan, ada angin segar dari pertemuan antara AS dan China di Beijing akhir pekan lalu. Pertemuan terkait perang dagang ini memutuskan penundaan bea masuk untuk sejumlah produk dua negara.
Namun, penguatan rupiah justru tertahan oleh proses cerainya Inggris dari Uni Eropa, atau disebut Brexit pada Jumat (29/3) waktu setempat. Dalam voting tersebut, parlemen Inggris menolak lagi usulan Perdana Menteri Theresa May tentang paket kompensasi (deal) bagi Inggris setelah keluar dari Uni Eropa.
Terombang-ambingnya Brexit bisa melemahkan poundsterling dan membuat dolar AS menjadi instrumen investasi yang cukup aman (safe haven). Apalagi, saat ini harga emas tengah turun tajam. Walhasil, indeks dolar AS masih cukup kuat.
"Pergerakan poundsterling terhadap dolar masih berpotensi sangat volatil, jadi akan berpengaruh pada kekuatan dolarnya," tutur Dini kepada CNNIndonesia.com, Senin (1/4).
Meski demikian, data inflasi diharapkan bisa menyelamatkan rupiah. Ini mengingat pelemahan yang terjadi kemarin bersifat teknikal, bukan fundamental.
"Jadi rentang untuk hari ini di Rp14.175 hingga Rp14.280 per dolar AS," ucap dia.
(glh/lav)
No comments:
Post a Comment