Pages

Sunday, October 7, 2018

SMRC Prediksi Jokowi Ikuti Jejak SBY Jadi Presiden 2 Periode

Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Djayadi Hanan menilai Joko Widodo (Jokowi) berpeluang terpilih kembali menjadi Presiden dalam Pilpres 2019.

Hasil survei SMRC teranyar menunjukkan tren perolehan suara responden untuk Jokowi lebih unggul dari pesaingnya, Prabowo Subianto.

Survei tersebut dilakukan terhadap 1220 responden yang tersebar di berbagai wilayah pada 7-14 September 2018. Hasilnya menunjukkan angka perolehan Jokowi sebesar 60,2 persen, sementara Prabowo sekitar 28,7 persen.


Survei tersebut dilakukan dengan mewawancarai responden. Margin eror 3,05 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Hasil survei tersebut berbanding lurus dengan survei pada Mei 2018. Ketika itu dukungan responden terhadap Jokowi tercatat sekitar 57 persen sedangkan Prabowo sekitar 33 persen.

Menurut Djayadi, tren perolehan suara ini penting sebagai indikasi hasil akhir pada hari pencoblosan.

"Dari pengalaman sebelumnya, calon yang suara dikungannya unggul akan sulit dikalahkan," kata Djayadi di kantor SMRC, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (7/10).

Djayadi menyoroti situasi politik saat ini hampir serupa ketika jelang pemilu 2009. Saat itu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang merupakan petahana juga memiliki perolehan suara yang selalu lebih unggul dari lawan-lawan politiknya.

SMRC Prediksi Jokowi Ikuti Jejak SBY Jadi Presiden 2 PeriodeJokowi diprediksi menjadi presiden 2 periode mengikuti jejak SBY. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)

Sebagai petahana, SBY kala kembali terpilih sebagai presiden 2009-2014.

Bedanya, perolehan suara responden Jokowi saat ini lebih tinggi dibandingkan perolehan suara responden untuk SBY saat itu.

Mengacu pada data jelang pemilu 2009 yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia, perolehan SBY pada survei terakhir yang dilakukan beberapa bulan jelang pemilihan yakni sebesar 48,6 persen. Sedangkan saat ini, Jokowi memperoleh sekitar 60,2 persen.

"Artinya sebagai petahana posisinya Jokowi lebih baik daripada SBY. Kalau tidak ada perubahan, maka logikanya Jokowi bisa memenangkan pertarungan," kata dia.


Namun demikian, masih ada beberapa bulan hingga pada pemilu 2019. Angka perolehan Jokowi ini masih bisa berubah, tergantung pada isu politik yang bergulir nantinya. Misalnya terkait isu ekonomi.

Menurut dia, isu ekonomi merupakan salah satu isu fundamental yang juga bisa mempengaruhi persepsi publik atas petahana. Oleh karena itu, jika langkah-langkah atau kebijakan yang diambil jokowi kurang tepat, maka mempengaruhi hasil pada pemilu 2019 nanti.

"Apabila inflasi meningkat maka persepsi ekonomi negatif. Jika inflasi menurun persepsi ekonomi positif," kata dia.


Elektabilitas Jokowi sejauh ini masih unggul dari Prabowo berdasar sejumlah lembaga survei. Survei LSI Denny JA, misalnya, menunjukkan elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf mencapai 52,2 persen.

Dalam survei yang digelar 12 Agustus-19 Agustus 2018 itu, Prabowo-Sandiaga hanya mendapatkan 29,5 persen. Sementara itu, 18,3 persen responden masih merahasiakan pilihannya. (fhr/gil)

Let's block ads! (Why?)

from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2pGjpt1

No comments:

Post a Comment