Seperti Michael Schumacher merebut gelar F1 sepanjang 2000 hingga 2004, seperti Chicago Bulls menjadi juara NBA enam kali di era 1990-an, Rossi merebut gelar MotoGP 2001 hingga 2005, atau Sebastian Vettel yang menjadi juara dunia F1 pada 2010 hingga 2013, Marquez benar-benar menunjukkan dominasi total di MotoGP.
Diboyong Repsol Honda pada 2013 setelah menjadi juara dunia Moto2 di musim sebelumnya, Marquez seperti tidak memberi kesempatan pebalap lainnya untuk merebut gelar juara dunia MotoGP. Lima gelar juara dunia direbutnya, dan hanya gagal pada musim 2015 ketika Jorge Lorenzo menjadi juara dunia.Musim ini Marquez tampil impresif. Dari 15 seri yang dijalani, pebalap asal Catalonia itu hanya dua kali gagal mendapatkan poin, yakni di Argentina dan Italia. Selebihnya Marquez selalu sukses meraih podium, termasuk delapan kemenangan.
Melihat margin Marquez di puncak klasemen setiap merebut gelar juara dunia MotoGP sejak 2013, pantas jika disebut pebalap 25 tahun itu telah membuat kelas primer Grand Prix itu sedikit tidak menarik.
Marc Marquez unggul 102 poin atas Andrea Dovizioso di puncak klasemen sementara MotoGP 2018 dengan tiga seri tersisa. (REUTERS/Toru Hanai)
|
Persaingan terketat di MotoGP sejak Marquez naik kelas hanya terjadi satu kali, yakni pada musim 2013. Ketika itu Marquez memiliki keunggulan 13 poin atas Lorenzo memasuki seri terakhir di Valencia. Di akhir musim Marquez unggul empat poin atas rekan setimnya di Repsol Honda itu musim depan.
Sementara pada musim lalu Marquez memasuki seri terakhir dengan keunggulan 21 poin atas Dovizioso. Kegagalan finis Dovizioso di Valencia membuat pebalap asal Cervera itu unggul 37 poin di akhir musim 2017.
Sejumlah data di atas cukup menjadi alasan untuk menyebut MotoGP menjadi sedikit kurang menarik karena Marquez. Tapi ini bukan hanya kesalahan Marquez, tapi juga kesalahan pebalap dan tim rival sang Semut Cervera itu.Marquez bisa merebut lima gelar juara dunia dalam enam musim terakhir tidak dengan berleha-leha. Marquez beradaptasi dengan baik, memanfaatkan setiap peluang yang ada, dan mengambil risiko lebih sering.
Perlu diingat kalau Marquez adalah pebalap kedua yang paling sering kecelakaan musim lalu (27 kali) dan terbanyak musim ini (18 hingga MotoGP Jepang). Itu artinya dia tidak takut mengambil risiko. Sebuah risiko yang berbuah gelar juara dunia di akhir musim.
Marc Marquez tampil konsisten sepanjang MotoGP 2018. (REUTERS/Toru Hanai)
|
Dovizioso juga pantas disalahkan karena kurang agresif, kurang mengambil risiko, dan tidak konsisten di momen-momen penting. Ducati juga pantas disalahkan karena telat memberi Jorge Lorenzo sasis motor Desmosedici yang tepat. Jadi bukan semata-mata kesalahan Marquez.
Mari kita berharap MotoGP akan kembali lebih menarik musim depan. Sesuatu yang saya prediksi akan terjadi. Karena saya masih percaya satu-satunya pebalap yang bisa mengalahkan Marquez dalam perebutan gelar juara dunia MotoGP adalah Lorenzo.
Marc Marquez merebut gelar juara dunia MotoGP 2018 setelah Andrea Dovizioso kecelakaan di Sirkuit Motegi. (REUTERS/Toru Hanai)
|
Lorenzo merupakan pebalap yang lebih agresif ketimbang rival Marquez lainnya di MotoGP. Lorenzo lebih berani mengambil risiko, sama seperti Marquez. Sayang, X-Fuera berada di tim dan waktu yang salah untuk bisa mengimbangi kehebatan Marquez. Lorenzo baru mampu meraih prestasi jelang pertengahan musim ini setelah Ducati melakukan modifikasi sasis tangki di Desmosedici GP18 yang ditungganginya.
Kehadiran Lorenzo di Repsol Honda merupakan tantangan baru bagi Marquez musim depan. Dengan Marquez dan Lorenzo menjadi rekan setim, setidaknya ada secercah harapan MotoGP 2019 akan berlangsung lebih menarik. Perang kata-kata, intrik, hingga duel sengit di atas sirkuit kemungkinan besar terjadi, layaknya Rossi vs Lorenzo di Yamaha (jun) from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2PhNpKs
No comments:
Post a Comment