Pages

Friday, October 5, 2018

Darmin Jamin Inflasi Barang Impor Terjaga, Meski Dolar Gagah

Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan depresiasi nilai tukar rupiah di tahun ini masih belum berakibat signifikan terhadap inflasi akibat barang-barang impor (imported inflation).

Hal itu diyakininya setelah melihat data Badan Pusat Statistik (BPS). Menurutnya, imported inflation terlihat dari komponen inflasi inti (core inflation), yakni inflasi barang-barang secara umum di luar pangan bergejolak dan barang yang diatur pemerintah (administered prices).

Data BPS per September 2018 menunjukkan inflasi inti ada di angka 2,38 persen secara tahun kalender. Angka ini masih lebih baik ketimbang depresiasi rupiah terhadap dolar AS yang sudah menembus 10,24 persen pada periode yang sama. Meskipun memang, angka inflasi inti ini masih lebih besar ketimbang pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) September yang meningkat 1,94 persen secara tahun kalender.

"Kalau dilihat core inflation, yang imported kan ada di dalam situ. Kalau year-to-date ini masih di kisaran 2 persen, jadi memang ada kenaikan tapi tidak banyak," tutur Darmin di Kementerian Keuangan, Jumat (5/10).


Ia menilai angka inflasi inti masih terbilang aman lantaran masih di bawah 3 persen. Hanya saja, ia masih perlu mengkaji seberapa jauh sumbangsih imported inflation terhadap inflasi inti secara keseluruhan.

Meski disebut belum berdampak signifikan terhadap inflasi, depresiasi rupiah tentu membuat nilai impor semakin melejit. Data BPS menunjukkan, nilai impor Januari hingga September yang sebesar US$124,19 miliar ini malah bertumbuh 24,52 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Menurut dia, impor migas adalah salah satu biang keladi pertumbuhan impor yang kian menanjak. Selain karena depresiasi rupiah, peningkatan impor migas juga disebabkan karena harga minyak dunia yang ikut melejit. BPS mencatat impor migas antara Januari hingga Agustus ada di angka US$19,77 miliar atau melonjak 28,29 persen dibanding tahun lalu US$15,41 miliar.

Sehingga, mantan Gubernur Bank Indonesia ini sedang fokus dalam pelaksanaan mandatori pencampuran 20 persen biodiesel terhadap BBM jenis Solar atau biasa disebut B-20. Meski, ia mengakui implementasi B-20 masih belum berjalan dengan optimal.


"Yang namanya B-20 itu jalan walaupun belum optimal karena FAME tidak datang, terlambat, macam-macam lah. Tapi kami tetap berharap B-20 bisa menghemat impor antara US$2 miliar hingga US$2,5 miliar dalam empat bulan terakhir 2018," pungkasnya.

(glh/bir)

Let's block ads! (Why?)

from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2Pf4AZx

No comments:

Post a Comment