
Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang meliputi sekitar setengah populasi dunia dan sepertiga PDB dunia kini menjadi pusat perhatian setelah Amerika Serikat melancarkan agenda proteksionisme dan sepihak.
Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Chan Chun Sing mengatakan perundingan RCEP telah mencapai "tahapan paling menantang" tetapi optimistis kesepakatan sudah di depan mata.
"Seperti naik gunung, semakin dekat ke puncak, jalannya semakin terjal dan lebih menantang," kata Chan.
Seorang sumber diplomatik mengatakan satu halangan yang masih ada adalah seberapa jauh negara peserta mau membuka pasar masing-masing untuk barang, jasa dan layanan.
RCEP didukung oleh China, dan tidak mengikutsertakan Amerika Serikat yang sebelumnya menjadi motor perjanjian regional bernama TPP, Kemitraan Trans Pasifik, namun ditinggalkan oleh Presiden Donald Trump setelah dia berkuasa awal tahun lalu.
Presiden Donald Trump yang melancarkan kebijakan mendahulukan Amerika dan terlibat perang dagang dengan China, membatalkan kehadiran dalam dua pertemuan puncak Asia pada November termasuk yang dijadwalkan berlangsung di Singapura.
RCEP terdiri dari 10 negara ASEAN ditambah China, India, Jepang, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru.
Kelompok dagang ini akan menjadi satu perjanjian perdagangan bebas di dunia jika anggota-anggotanya mencapai kesepakatan.
Beijing ingin memanfaatkan penolakan Washington atas TPP untuk meningkatkan pengaruhnya di wilayah dengan mendukung RCEP yang dimotori ASEAN dan mendukung perdagangan bebas.
RCEP adalah kesepakatan dagang yang lebih sederhana dengan standar aturan terbatas dan lebih ringan.
No comments:
Post a Comment