Pages

Saturday, September 29, 2018

Bank Sentral Negara Lain Diproyeksi Kerek Bunga Tahun Depan

Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memproyeksi bank sentral negara-negara lain akan mengerek suku bunga acuannya pada tahun depan sebagai respons kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed), bank sentral AS.

Diketahui, The Fed terus mengerek suku bunga acuannya. Sejak 2015 lalu hingga saat ini, The Fed tercatat menaikkan suku bunga acuannya sebanyak tujuh kali. Dampak dari kebijakan moneter ketat AS tersebut dinilai menarik dana-dana investor dari negara-negara berkembang ke AS.

Namun, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan normalisasi kebijakan moneter dari bank sentral negara lain itu akan membawa berkah bagi RI. Tekanan dari The Fed terhadap rupiah semakin berkurang, sehingga rupiah berpeluang besar untuk membaik pada 2019.


"Sejumlah bank sentral negara lain akan mulai mengimplementasikan normalisasi kebijakan moneternya pada tahun depan, khususnya pada paruh kedua, apakah itu Eropa atau Jepang," ujarnya di Kompleks Gedung BI, Kamis (27/9).

Apabila hal ini benar terjadi, maka kebijakan bank sentral negara lain akan berhasil menarik dana asing untuk mulai masuk ke negaranya masing-masing. "Sehingga, ini akan mengurangi kekuatan dolar AS. Jadi, tahun depan itu ada saingan dari mata uang negara lain," katanya.

Selain karena ada 'bantuan' dari normalisasi kebijakan moneter bank sentral negara lain, Perry bilang, sebenarnya tekanan dari The Fed sendiri memang akan lebih rendah pada tahun depan ketimbang tahun ini.


Sebab, The Fed diperkirakan hanya akan mengerek bunga sebanyak tiga kali pada tahun depan atau lebih sedikit dibanding tahun ini yang diperkirakan terjadi sebanyak empat kali, yaitu Maret, Juni, dan September, dan satu kali lagi pada Desember mendatang.

Meski begitu, bank sentral nasional turut menghitung tambahan sentimen dari AS yang berasal dari ketegangan perdagangan antara Negeri Paman Sam dengan sejumlah mitra dagangnya.

"Pantauan kami, ketegangan perdagangan selama ini sudah menimbulkan ketidakmerataan ekonomi di dunia. Ekonomi AS mungkin terus naik, tapi negara lain menurun, terutama mitra dagang utama Indonesia, China," jelasnya.


Perry bilang, hal ini perlu diperhitungkan karena ketegangan perdagangan yang mempengaruhi ekonomi masing-masing negara, yang akan mempengaruhi ekonomi dunia secara keseluruhan.

"Ini akan berpengaruh ke ekonomi global dan perilaku investor. Tak ketinggalan, perilaku arus modal asing dari global," tandasnya.

Sementara itu, BI lebih memilih langsung mengikuti arah normalisasi kebijakan moneter The Fed dengan ikut mengerek bunga. BI tercatat menaikkan bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) sebanyak 150 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen sampai September ini.

(uli/bir)

Let's block ads! (Why?)

from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2OWwmdb

No comments:

Post a Comment