Negara produsen minyak terbesar kedua di Afrika ini telah terpukul oleh harga minyak yang lebih rendah, yang menyebabkan likuiditas dolar di negara tersebut kian tertahan. Kondisi ini membuat perusahaan asing enggan berinvestasi karena kentungan yang jauh lebih kecil.
Departemen Keuangan Angola mengaku telah meminta dukungan keuangan dari IMF tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang berapa banyak dana yang dibutuhkan.
"Kami berharap untuk memulai diskusi program dengan pihak berwenang Angola secepat mungkin," Wakil Direktur Pelaksana IMF Tao Zhang, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (22/8).
Permintaan itu datang setelah IMF diundang ke Luanda pada bulan Oktober untuk merundingkan program yang kemungkinan berlangsung selama dua tahun dan kemudian dapat diperpanjang untuk satu lagi
"IMF siap membantu pihak berwenang mengatasi tantangan ekonomi Angola dengan mendukung kebijakan ekonomi dan reformasi mereka berdasarkan program stabilisasi makroekonomi pemerintah dan dalam rencana pembangunan nasional untuk 2018-2022," kata Zhang.
Ekonomi Angola tengah menghadapi masa sulit seiring harga minyak yang lebih rendah, situasi yang diperburuk oleh penurunan produksi. Produksi minyak diperkirakan turun menjadi 1,5 juta barel per hari pada 2018, dari 1,6 juta di tahun lalu dan 1,9 juta satu dekade lalu.
IMF mengharapkan ekonomi negara itu tumbuh 2,2 persen tahun ini, jauh di bawah perkiraan pemerintah Angola sebesar 4,9 persen. (Reuters/agi)
from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2OXKHpv
No comments:
Post a Comment