Pages

Sunday, February 9, 2020

Cemas Subandi Kala Putra Menolak Pulang dari Pusaran Corona

Jakarta, CNN Indonesia -- Kekhawatiran langsung menyelimuti Subandi (50) warga asal Surabaya, Jawa Timur begitu mendengar virus corona menyerang Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Kabar itu diketahuinya sejak awal Januari 2020.

Maklum saja, anak sulungnya, Brandy Juan Ferrero, tengah menempuh studi sarjana bidang hubungan internasional di Central China Normal University. Kebetulan, kawasan kampus dan asrama perguruan tinggi itu berada di Distrik Hongshan yang tak begitu jauh dari pusat Wuhan.

"Sebelum isu virus benar-benar parah, saya sudah berkali-kali meminta anak saya pulang, tapi dia menolak karena ingin ikut kuliah tambahan. Anak saya tidak panik sama sekali, justru saya, orang tuanya, panik dan takut," ujar Subandi saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Minggu (9/2).


Subandi menuturkan kekhawatiran sebenarnya tidak hanya berasal dari penyebaran virus, namun juga karakteristik Wuhan yang merupakan kota pendatang. Apalagi, wabah virus terjadi jelang libur perayaan tahun baru China alias Imlek.

Hal itu dikhawatirkan akan membuat Wuhan sepi karena masyarakat lokal pulang kampung ke daerah asal. Sementara anaknya, Juan, baru sekitar lima bulan menetap di sana.

"Anak saya baru lulus SMA, baru berpisah dengan orang tua, tidak bisa masak, makan biasanya pakai katering. Nah, kalau musim libur begitu, takut tidak ada warung buka, tidak bisa makan, makanya saya minta pulang saja," ungkapnya.

Namun, Subandi mengaku kekhawatirannya itu hanya bisa dipendam sendiri. Ia tak ingin anaknya malah jadi ikut cemas.

Terlebih, Juan akan mengikuti ujian akhir pada pertengahan Januari. Oleh karena itu Subandi, hanya bisa terus membujuk Juan untuk pulang ke Indonesia begitu selesai masa ujian.

"Sebelum dia ujian, saya tidak berani kasih tahu kalau saya khawatir, takutnya dia panik dan ganggu belajar dan ujian. Tapi saya sampaikan terus minta dia pulang," imbuhnya.

Rasa cemas Subandi kian memuncak saat pemerintah China mengumumkan penutupan Wuhan dan beberapa kota yang diduga terdampak penyebaran virus pada akhir Januari lalu. Ia khawatir Juan tidak bisa kembali ke Tanah Air.

"Begitu ujian selesai dan katanya lulus semua, langsung saya minta pulang lagi, saya bilang langsung saya belikan tiket saja. Baru saja bilang juga khawatir dengan virus itu, apalagi sudah lockdown," katanya.

Kendati begitu, kekhawatiran Subandi rupanya tidak diamini Juan. Ia mengatakan anaknya justru tetap santai dengan isu wabah virus yang tengah menyerang kota domisilinya itu.

Hal ini, katanya, karena pemerintah setempat dan dosen di perguruan tingginya terus memberikan pemahaman soal wabah virus tersebut. "Dia bilang 'Oh sudah tahu dari dosennya dan saya tidak perlu khawatir," ucapnya meniru Juan.

"Dia bilang dosennya sudah menghimbau agar tidak sering keluar, pakai masker, dan tidak ke tempat yang terlalu ramai orang," sambungnya.

Di sisi lain, Juan mengatakan kepada Subandi bahwa Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di China terus memberikan pemantauan dan sosialisasi mengenai wabah virus. Tak berselang lama, pemerintah Indonesia pun menyatakan bakal mengevakuasi WNI yang ada di Wuhan.

Hal ini akhirnya meredakan kekhawatiran Subandi. Ia mengaku pasrah mengikuti kebijakan pemerintah China dan menunggu kebijakan pemerintah Indonesia.

Pemerintah Indonesia akhirnya menjemput para WNI di Wuhan pada 1 Februari 2020. Setelah itu, WNI akan dikarantina di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau mulai hari kedatangan pada 2 Februari 2020.

"Saya sempat beritahu ke Juan, ada perubahan tempat karantina dari semula rumah sakit di Jakarta jadi di Natuna. Dia bilang ternyata tidak apa, 'malah enak bisa mancing', katanya begitu, dia tenang sekali," tuturnya.

Ratusan WNI yang dikarantina di Natuna harus mengikuti berbagai aktivitas agar badan tetap bugar Ratusan WNI yang dikarantina di Natuna harus mengikuti berbagai aktivitas agar badan tetap bugar (Dok. Kemenkes)
Tak Sabar Bertemu

Saat ini, Subandi mengaku sudah benar-benar lega karena Juan bersama 236 WNI, satu WNA, lima orang tim Kementerian Luar Negeri, 18 orang pegawai Batik Air, dan 24 tim penjemput sudah dikarantina. Bahkan, mereka semua dalam keadaan sehat.

Di karantina pun, sambungnya, mereka mendapatkan perlakuan yang baik dan layak. Hal ini diketahuinya dari cerita Juan, setiap kali mendapat kesempatan berkomunikasi melalui aplikasi Whatsapp.

"Saya suka video call, terakhir pagi hari tadi. Dia bilang nyaman di sana, kegiatannya menyenangkan, seperti outbound, mendidik, menunya juga enak, prasmanan, ada daging, telur, cumi, dikasih suplemen, lengkap," ucapnya.

Kendati begitu, ia mengaku tidak sabar ingin bertemu dengan anak pertamanya itu. Para peserta karantina rencananya akan diterbangkan ke bandara terdekat dari kota asal mereka pada 14 Februari nanti.

"Juan akan ke Surabaya, mereka akan diantar ke bandara terdekat, Bandara Juanda karena nanti ada yang melanjutkan perjalanan ke Probolinggo, Malang, Pamekasan dan lainnya. Saya pasti akan jemput Juan langsung," ungkapnya.

Bila sudah di rumah nanti, Subandi tidak ingin memberikan perlakuan khusus kepada putranya. Namun, ia memastikan bakal terus memantau kesehatan Juan sambil menunggu perkembangan virus corona ke depan.

[Gambas:Video CNN]
Dia juga bakal mengizinkan Juan meneruskan pendidikan di Wuhan bila pemerintah China menyatakan krisis kasus virus corona telah berakhir. Begitu pula dengan berakhirnya larangan penerbangan ke China dari pemerintah Indonesia.

Subandi tak terlalu cemas. Sebab, menurutnya, selama ini pemerintah China juga sudah kooperatif dalam menangani wabah virus.

"Keseriusan juga terlihat dari kecepatan mereka membangun rumah sakit khusus. Lalu, petugas medis dari berbagai negara juga memberi bantuan ke China," tuturnya.

Subandi berharap wabah virus corona segera berakhir. Namun, ia turut berharap agar pemerintah Indonesia juga menyediakan fasilitas penanganan corona di dalam negeri sebagai langkah antisipasi ke depan.

(uli/bmw)

Let's block ads! (Why?)

from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2SdndRS

No comments:

Post a Comment