Indonesia memiliki 52 juta penduduk yang masuk dalam kelas menengah. Jumlah ini artinya satu dari lima penduduk Indonesia masuk ke dalam kelas menengah.
World Bank Acting Country Director for Indonesia Rolande Pryce mengatakan peningkatan kelas menengah terjadi karena sekitar 80 persen dari masyarakat miskin di Indonesia pada 1993 tidak lagi berada di jurang kemiskinan pada 2014.
Bahkan, Bank Dunia mencatat pertumbuhan masyarakat kelas menengah merupakan salah satu yang tercepat daripada kalangan lain. "Kelas menengah Indonesia menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi karena konsumsi kelompok ini tumbuh sebesar 12 persen setiap tahun sejak 2002 dan sekarang mewakili hampir setengah dari seluruh konsumsi rumah tangga di Indonesia," ujarnya, Kamis (30/1).
Menurut Bank Dunia, ada beberapa hal menarik dari kalangan menengah di Indonesia. Pertama, umumnya masyarakat kelas menengah di Indonesia diisi oleh pekerja di sektor formal dengan upah mahal.
"Sebagian besar juga memiliki bisnis sendiri dan dengan orang lain," ungkapnya.
Kedua, para masyarakat kelas menengah merupakan pembayar pajak di masa depan. Mereka akan dibutuhkan untuk mendanai pengurangan kemiskinan, kebutuhan dana mitigasi risiko, peningkatan investasi, hingga pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, kehadiran kelas menengah memberi pengaruh pada proses jalannya pemerintahan di Indonesia. Pertumbuhan kelas ini akan mendukung kohesi sosial dan stabilitas politik.Kelas Menengah di Ujung Jurang
Namun, Bank Dunia mencatat ada 115 juta penduduk yang masuk dalam kategori 'Aspiring Middle Class'. Kategori ini bisa diasumsikan sebagai kelas menengah 'tanggung' atau di ujung jurang.
Menurut laporan Bank Dunia, 115 juta masyarakat Indonesia taraf hidupnya sudah membaik. Namun, kategori ini rentan kembali menjadi miskin.
"Ada 115 juta orang Indonesia yang tidak lagi miskin, tapi mereka rentan. Mereka belum menjadi bagian dari kelas menengah," ucapnya.
Melihat kelas tersebut, Bank Dunia memiliki tiga rekomendasi yakni meningkatkan kualitas pendidikan menengah, memberikan jaminan dan cakupan kesehatan menyeluruh kepada masyarakat serta memperbaiki kebijakan dan administrasi pajak."Perluasan ukuran populasi kelas menengah sangat penting untuk pembangunan Indonesia dan mendorong negara ke status negara berpenghasilan tinggi," papar Pryce.
Sementara itu, berdasarkan data BPS persentase penduduk miskin pada September 2019 sebesar 9,22 persen, menurun 0,19 persen poin terhadap Maret 2019 dan menurun 0,44 persen poin terhadap September 2018.
Penurunan persentase ini jumlah penduduk miskin pada September 2019 tercatat sebesar 24,79 juta orang, menurun 0,36 juta orang terhadap Maret 2019 dan menurun 0,88 juta orang terhadap September 2018.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eni Sri Hartati memaparkan kaum rentan miskin berpotensi langsung 'goyang' jika ada perubahan harga kebutuhan dari mulai BBM, listrik hingga kebutuhan pokok."Jika misal ada kenaikan harga gas, listrik, cabai hingga bawang. Yang tadinya rentan jadi miskin. Begitu juga kaum menengah jika mengenai kebutuhan sekunder pasti akan ikut terdampak," papar Eni, Kamis (31/1).
Dia menilai bansos dan bentuk bantuan lainnya untuk kaum miskin, hanya membantu secara angka statistik.
"Jadi bansos itu begitu digelontorkan, disensus langsung turun (angka kemiskinan). Tapi setelah bansos habis, enggak dapat subsidi yang miskin lagi," ungkap Eni.
Melihat hal itu, kunci memberantas kemiskinan adalah lapangan kerja. Jika lapangan kerja tersedia memadai dan banyak sektor formal yang terbuka. Maka, menurutnya kemiskinan akan dengan sendirinya menurun, bukan diturunkan ke anak cucu."Nah, tapi kalau hanya dengan bansos dan raskin, ya hanya membantu statistik," tegas Eni.
Salah satu contoh lapangan kerja adalah 'hidupnya' sektor UMKM. Eni memisalkan UMKM dapat menyerap 1-2 tenaga kerja, sehingga jika ada jutaan maka banyak tenaga yang dapat terserap.
Namun, sayangnya saat ini UMKM justru tidak ada akses karena dikuasai oleh konglomerasi dan perusahaan besar yang melakukan penetrasi hingga tingkat UMKM.
"UMKM memang ada KUR tapi kalau usaha tidak jalan, modal mereka malah jadi macet. Bisa produksi tapi tidak bisa jual," jelas Eni.
Sejalan dengan itu, Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menilai informasi dari Bank Dunia tidak mengejutkan. Pasalnya, klaim menurunkan jumlah penduduk miskin memang harus dikritisi.
"Karena turunnya jumlah penduduk miskin utamanya hanya pergeseran dari miskin menjadi rentan miskin. Mereka masih sangat rentan yang artinya bila terjadi shock ekonomi akan kembali miskin," paparnya.
Piter pun mengungkap lapangan kerja menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat rentan miskin. Sebab, ketersedian lapangan kerja akan mendorong laju perekonomian.
"Agar yang rentan miskin jauh-jauh dari jurang. Bagaimana cara mendorong pertumbuhan ekonomi, salah satunya buka lapangan kerja," tegasnya.Piter menjelaskan, dengan membuka lapangan kerja dan mengubah struktur ekonomi, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan dari komoditas dan memperkuat fundamental ekonomi. Ujung-ujungnya, percepatan pengentasan kemiskinan dan peningkatan taraf hidup masyarakat dapat terwujud. (sfr)
from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/37IC386
No comments:
Post a Comment