Melansir Technology Review, gambar yang diambil oleh DKIST menunjukkan permukaan matahari terbagi menjadi sel-sel sebesar Kota Texas yang terpisah, seperti bagian yang retak di tanah gurun.
Di dalam gambar itu juga terlihat plasma mengalir naik dari permukaan ke udara sebelum tenggelam kembali ke jalur yang lebih gelap.
"Kami sekarang telah melihat detil terkecil pada objek terbesar di tata surya kita (matahari)," kata Direktur DKIST Thomas Rimmele.
Gambar permukaan matahari diambil DKIST pada 10 Desember 2019 . Sedangkan pengamatan formal pertama dilakukan pada Juli 2019.
DKIST diklaim dapat mengamati struktur di permukaan matahari sekecil 18,5 mil (30 kilometer). Resolusi yang dimiliki DKIST dikaim lima kali lebih baik dari pada resolusi pendahulunya Richard B. Dunn Solar Telescope yang berada di New Mexico.
DKIST secara khusus dirancang untuk membuat pengukuran yang tepat dari medan magnet matahari di seluruh korona (wilayah terluar atmosfernya) dan menjawab pertanyaan seperti mengapa korona jutaan derajat lebih panas daripada permukaan matahari.
Selain mengambil gambar permukaan, National Science Foundation juga berencana mengumpulkan data yang berkaitan dengan suhu, kecepatan, dan struktur matahari pada pertengahan 2020.
Proses pengamatan matahari sejatinya tidak bisa hanya membangun teleskop dengan cara kuno. DKIST merupakan teleskop dengan salah satu sistem optik adaptif surya yang paling kompleks di dunia.
DKIST menggunakan cermin yang dapat dideformasi untuk mengimbangi distorsi yang disebabkan oleh atmosfer Bumi. Tim DKIST juga membangun kolam renang es dan 7,5 mil pendingin pipa karena menatap matahari membuat teleskop cukup panas dan melelehkan logam.
Alasan mengapa perlu melihat lebih dekat ke matahari karena ketika atmosfir matahari melepaskan energi magnetnya menghasilkan fenomena ledakan seperti suar matahari yang melemparkan partikel berenergi ultra ke segala arah, termasuk ke Bumi.
Cuaca antariksa akibat fenomena di matahari ini dapat menimbulkan kerusakan pada berbagai hal, seperti GPS dan jaringan listrik. Mempelajari lebih banyak aktivitas matahari juga bisa memberi lebih banyak perhatian terhadap cuaca berbahaya akan terjadi.
Melansir Forbes, DKIST adalah teleskop pengamatan matahari terbesar di dunia yang dibangun oleh NSF's National Solar Observatory dan dikelola oleh Association of Universities for Research in Astronomy (AURA).
DKIST berada di puncak gunung berapi Haleakala setinggi 10.000 kaki di Pulau Maui, Hawai. Nama teleskop berasal dari nama seorang senator AS dari Hawaii yang pejuang ilmu, teknologi, teknik, dan matematika Daniel K. Inouye.
Presiden AURA Matt Mountain berambisi DKIST dapat memprakirakan cuaca luar angkasa lebih akurat.
"Di Bumi, kita dapat memperkirakan apakah hujan akan turun dengan cukup cepat di mana saja di dunia dengan sangat akurat. Sedangkan cuaca ruang angkasa belum ada," katanya.
(jps/DAL) from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/38QIYMA
No comments:
Post a Comment