Sebab, kepemimpinan dua periode Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi sinyal keberlanjutan program-program yang digagasnya sejak awal. Hal ini memberikan kepastian investor pasar modal.
Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan kemenangan mutlak Jokowi-Ma'ruf Amin membuat pasar tak perlu khawatir dengan kelanjutan proyek pembangunan infrastruktur yang masih tersisa. "Tak ada alasan untuk tidak melanjutkan pembangunan, anggaran dari pemerintah tetap jalan," ujarnya, kepada CNNIndonesia.com, Senin (1/7).
Beberapa saham konstruksi yang dimaksud, antara lain PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP).
Ilustrasi proyek konstruksi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
|
Jika ditelisik, pergerakan empat saham itu menguat cukup signifikan pada hari keputusan sidang sengketa pilpres dibacakan, yaitu Kamis (27/6). Namun, pergerakannya kembali landai sehari setelahnya.
Waskita Karya misalnya, harga saham tersebut hanya menguat 0,5 persen pada Jumat (28/6) lalu ke level Rp2.010 per saham. Lalu, saham Wijaya Karya naik 0,41 persen ke level Rp2.430 per saham.
Sementara, saham PTPP justru terkoreksi 0,9 persen ke arah Rp2.210 per saham. Hal yang sama terjadi pada saham Adhi Karya yang melemah 0,59 persen menjadi Rp1.685 per saham.
Ini berarti, investor masih bisa masuk ke saham-saham tersebut dengan harga yang tak terlampau mahal. Apalagi, melihat prospek bisnis dari masing-masing perusahaan yang positif, tentu pasar akan meraup cuan dalam jangka panjang.
"Jokowi resmi terpilih, otomatis program pemerintah akan berlanjut," terang Edwin.
Ia melanjutkan sektor konstruksi tak hanya mendapatkan angin segar dari situasi politik, melainkan juga peluang penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI).
Sebagai perusahaan yang juga mencari pendanaan lewat perbankan, tentu hal itu akan menguntungkan. "Perusahaan konstruksi kan mencari pembiayaan dari perbankan, kalau suku bunga turun, nanti beban biaya mereka juga turun," imbuh dia.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menuturkan hal serupa. Ia menilai keputusan MK dan KPU masih akan mempengaruhi saham konstruksi pekan ini. Meskipun, penguatannya tak terlalu tinggi.
"Ada pengaruh, tetapi kan sudah terdiskon pasar pas hasil quick count kemarin," kata Hans.
Menurut dia, investor sudah memborong lebih banyak saham konstruksi pada saat sejumlah lembaga survei merilis hasil hitung cepat (quick count) kemenangan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin diumumkan pada April 2019 lalu. "Jadi pasar juga sudah merespons sentimen ini sebelumnya," katanya.
Mengutip RTI Infokom, empat saham konstruksi ini menguat bila dilihat sejak awal 2019 hingga perdagangan terakhir Jumat kemarin (year to date/ytd). Kinerja paling positif ditunjukkan oleh Wijaya Karya, di mana harga sahamnya melambung 46,83 persen.
Diikuti dengan saham PTPP yang menguat 22,44 persen dan Waskita Karya yang naik 19,64 persen. Lalu, saham Adhi Karya terpantau naik tipis sebesar 6,31 persen.
Walaupun begitu, kinerja keuangan empat perusahaan pelat merah tersebut tak secerah pergerakan harga sahamnya. Total laba bersih emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) konstruksi per kuartal I 2019 tercatat turun 34,89 persen dari Rp1,92 triliun menjadi 1,25 triliun.
Penurunan ini khususnya dipengaruhi oleh anjloknya kinerja laba bersih Waskita Karya. Keuntungan yang diraup turun hingga 52,88 persen menjadi hanya Rp716,24 miliar.
Sementara, emiten lainnya, Wijaya Karya, PTPP, dan Adhi Karya terlihat berhasil mempertahankan pertumbuhan laba bersihnya. Wijaya Karya misalnya, perusahaan mengantongi keuntungan Rp285,89 miliar atau naik 66,98 persen.
Kemudian, laba bersih PTPP naik 12,52 persen menjadi Rp175,65 miliar. Adhi Karya menjadi emiten yang mencetak pertumbuhan laba bersih paling tipis, yakni hanya 3,08 persen menjadi Rp75,54 miliar.
[Gambas:Video CNN]
(bir)
from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2KMcSJX
No comments:
Post a Comment