Pages

Saturday, October 13, 2018

Sohibul Iman: Insyaallah Kader PKS Tidak Baperan

Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman meminta para kadernya untuk tidak terprovokasi oleh berbagai pihak menjelang berlangsungnya pemilihan umum (pemilu) serentak 2019. Menurutnya, provokasi kepada partai menjelang pemilu merupakan hal biasa.

"Banyak pihak hari ini tentu saja menginginkan PKS tidak mencapai targetnya. Mereka inginkan PKS terpuruk, mereka inginkan seluruh kader PKS pada 17 April 2019 semuanya nangis bombay," ujarnya dalam acara Konsolidasi Akbar Nasional PKS di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Minggu (14/10).

Sohibul mengatakan provokasi lumrah terjadi di partai manapun. Hal itu dilakukan agar partai kompetitor tidak mencapai target dan mendapat suara tambahan.


"Jadi ada persoalan orang melakukan provokasi supaya kita tidak mencapai tujuan, itu adalah hal biasa. Semua kader PKS insyaallah tidak baperan, tidak bawa-bawa perasaan," kata Sohibul.

Sohibul membeberkan fakta kualitatif dan kuantitatif sebagai bantahan dari provokasi berbagai pihak bahwa performa PKS menurun menjelang pemilu 2019.

Untuk fakta kualitatif, Sohibul menceritakan ada peningkatan perbincangan di publik dari pemilu ke pemilu terkait calon presiden atau wakil presiden yang berasal dari PKS.


Pada pemilu 2009, kata dia, salah satu kader PKS, yaitu Hidayat Nur Wahid pernah masuk radar pendamping capres petahana saat itu Susilo Bambang Yudhoyono. Begitu pula pada 2014, tiga nama yaitu Hidayat, Ahmad Heryawan, dan Anis Matta disebutnya juga masuk radar pendamping Prabowo Subianto.

Namun, pada pemilu 2019, Sohibul mengklaim terjadi peningkatan pembicaraan di publik maupun media sosial. Hal itu karena pada pertengahan 2018, hasil Ijtimak Ulama merekomendasikan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri untuk mendampingi Prabowo.

"Fakta ini tidak boleh antum lupakan dan merupakan indikasi bahwa PKS mendapatkan pengakuan setidaknya menjadi harapan, dimana aspirasi ulama dan umat dialamatkan kepada PKS sebagai partai," imbuhnya.


"Ini satu yang semakin menggenapkan dari pemilu ke pemilu. Itu semakin menunjukkan performa yang semakin baik, tidak boleh antum melupakan dan tidak boleh kemudian antum terprovokasi mereka yang mau menutupi semua ini dan memunculkan fakta-fakta lain yang sifatnya fiktif," terang Sohibul.

Sedangkan untuk fakta kuantitatif, ia membeberkan analisis hasil lembaga survei termasuk kaitannya dengan calon anggota legislatif dan partai.

Menurutnya, ada satu pola yang memperlihatkan hasil survei merupakan satu pertiga dari hasil pemilu sebenarnya. Hal itu dicontohkan pada pemilu 2009 dimana perolehan suara PKS mencapai 10 persen. Sedangkan saat ini, kata dia, hasil berbagai lembaga survei menunjukkan PKS berada di angka 3-6 persen.


"Kalau rumusnya dua kali lipat saja dirata-ratakan PKS hasil survei 4,5 persen, dua kali lipat kita bisa dapatkan 9 persen. Kalau kemudian Allah beri tiga kali lipat, insyaallah angka 12 persen yang kami cita-citakan dapat tercapai Insyaallah dengan izin Allah. Itu fakta empirik yang harus kami baca secar benar. Jangan terprovokasi dengan yang membandingkan hasil pemilu 2014 dengan survei hari ini. Itu tidak apple to apple," tandasnya.

(swo/bir)

Let's block ads! (Why?)

from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2PwEC43

No comments:

Post a Comment