Budiman menyatakan dinamika politik yang terjadi di Indonesia jelang Pilpres 2019 merupakan jiplakan dari dinamika politik yang terjadi pada Pilpres di Amerika Serikat tahun 2016. Dia mengklaim sudah memprediksi akan terjadinya kasus kebohongan penganiayaan Ratna Sarumpaet.
"Kampanye politik yang terjadi akhir-akhir ini merupakan jiplakan atau pengulangan dari cara-cara kampanye politik yang dilakukan di Amerika Serikat pada saat Pilpres Donald Trump, Brexit dan juga di negara lain, di Kenya dan segala macam," ujar Budiman di Rumah Cemara, Jakarta, Jumat (5/10).
Budiman sudah memprediksi kasus kebohongan yang dilakukan Ratna akan terjadi di Pilpres 2019. Ia mengaku pernah bertemu dengan sejumlah ahli politik dalam dan luar negeri di Inggris untuk membahas dinamika politik Indonesia dengan studi kasus Pilkada DKI Jakarta pada 2017.Kala itu, ia dan para ahli merasa aneh dengan mobilisasi massa anti-mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Pilkada DKI hanya karena sebuah potongan kutipan yang sudah diedit kemudian diunggah lewat media YouTube.
Ratna Sarumpaet (tengah) mengaku berbohong soal penganiayaan. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
|
"Jadi apa yang terjadi dalam kasus Ratna Sarumpaet sepertinya adalah bukan sebuah kesalahan, bukan sebuah kekeliruan, tapi suatu kehebohan yang diciptakan. Karena memang orang mau dikacaukan dengan kabar palsu," ujarnya.
Atas hal tersebut pula, Budiman meyakini Ratna bukan pelaku tunggal atas kebohongan penganiayaan tersebut. Ia juga tidak yakin Prabowo dan para pihak di sekitarnya menjadi korban kebohongan Ratna.
Keyakinan itu, kata Budiman disebabkan karena kebohongan Ratna dilakukan secara sistematis untuk mengeksploitasi sifat emosional seseorang terhadap orang tertentu."Itu sudah dipetakan bahwa ada bagian otak kita yang namanya Amigdala, yaitu tepat di mana rasa jijik dan merasa takut pada yang berbeda itu dieksploitasi sehingga kemudian manusia tidak diberi kesempatan untuk berpikir jernih, untuk waras. Sehingga informasi, isu yang didengar begitu saja itu langsung dianggap sebagai ancaman terhadap diri saya," ujar Budiman.
Terkait dengan eksploitasi emosional itu, ia menilai ditujukan kepada pemerintahan serta Jokowi. Lewat kebohongan Ratna, ia berkata masyarakat dibuat merasa terancam dengan Jokowi.
Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto (tengah) memberikan keterangan pers soal dugaan penganiayaan Ratna Sarumpaet. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)
|
"Jadi isu bahwa Ibu Ratna dipukuli entah benar atau tidak itu adalah sebuah isu yang terencana atau patut diduga karena yang mau disasar ini lho presiden atau pemerintahan Jokowi akan mengancam hidupmu, orang kritis saja dipukuli, kira-kira begitu. Bisa saja terjadi pada kamu," kata Budiman.
Cambridge Analytica Petakan MasyarakatBudiman menyatakan Cambridge Analytica sudah memetakan emosional masyarakat Indonesia di berbagai provinsi sejak 2016. Pemataan tersebut menurutnya dilakukan lewat berbagai media, di antaranya Facebook dan Twitter.
Pemetaan terhadap masyarakat Indonesia, kata Budiman, bagian dari survei Cambridge Analtyca terhadap 32 negara yang menyelenggarakan pemilu pada 2016 hingga 2020.
"Sesungguhnya Cambridge Analtyca sudah memetakan otak dan pilihannya di berbagai provinsi dari 2016," ujar Budiman.
Ratna Sarumpaet ditangkap saat akan pergi ke Santiago, Chile. (CNN Indonesia/Bimo Wiwoho)
|
"Kami medapatkan sebuah fakta mereka yang disasar adalah ketidaknyamannya tinggi, yang rasa ingin tahunya rendah, ketertiban pikirnya dan hidupnya rendah. Ada tiga klaster. Dan itu lah persis yang disasar sebagai target-target propaganda dan itu sudah dari 2016," ujarnya.
Lebih dari itu, ia menyampaikan fenomena tersebut akan terjadi terus-menerus sebagaimana hasil analisa ahli digital. Bahkan, ia mengklaim satu-satunya cara untuk mencegah hal tersebut berkembang sampai saat ini hanya dengan penindakan hukum.
Dalam kasus ini, Ratna Sarumpaet telah ditetapkan sebagai tersangka dugaan penyebaran berita bohong terkait penganiayaan oleh Polda Metro Jaya. Dia terancam hukuman sepuluh tahun penjara.Sebelum Ratna mengakui berbohong, sejumlah koleganya di kubu Prabowo Subianto menyebarkan kabar hoaks penganiayaan. Beberapa di antaranya Wakil Ketua DPR Fadli Zon, politikus Gerindra Rachel Maryam.
Bahkan Prabowo menggelar konferensi pers untuk merespons kejadian yang dialami Ratna. Selain itu politikus PKS Mardani Ali Sera sempat menggalang perlawanan karena menduga penganiayaan sebagai upaya untuk membungkam Ratna dalam berpendapat.
(panji/pmg) from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2y4DX2W
No comments:
Post a Comment