"Kami berharap AS dan mungkin China bisa secara resmi membuat deklarasi atau komitmen politik yang mampu memperjelas status perang (Korea) dan selanjutnya melaksanakan tahap-tahap menetapkan traktat damai," kata Duta Besar Korsel untuk Indonesia, Kim Chang-beom, di Jakarta, Jumat (21/9).
Hingga saat ini, Korsel dan Korut secara teknis masih berperang lantaran perang tersebut hanya diakhiri dengan kesepakatan gencatan senjata, bukan traktat damai.
Korsel dan Korut juga belum memiliki kerangka waktu atau target untuk mencapai kesepakatan damai tersebut.
"Kami tidak memiliki kerangka waktu untuk ini (traktat damai). Meski Korut klaim ingin menyepakati traktat damai secepatnya, traktat damai membutuhkan negosiasi kompleks tak hanya masalah politik tapi juga militer keamanan," tutur Kim Chang-beom.
Kim mengatakan salah satu elemen yang patut dibicarakan sebelum menyepakati perjanjian damai adalah masalah penempatan pasukan PBB dan AS di Korsel.
Sementara itu, ketika traktat damai disepakati, pasukan PBB dan AS sudah tidak memiliki landasan lagi untuk tetap berada di Korsel.
"Jadi saat ini, kami berfokus dulu untuk terus menjaga dialog antara kedua Korea agar secara bertahap bisa mengarah pada proses negosiasi perjanjian damai," ucap Kim.
Kim mengatakan setelah traktat damai tercapai, Korsel berharap rencana penyatuan kedua Korea atau reunifikasi bisa secara bertahap dimulai.
"Berdasarkan jajak pendapat publik, lebih dari 70 persen warga Korsel secara umum mendukung perkembangan relasi kedua Korea. KTT inter-Korea ketiga kemarin juga meningkatkan popularitas Presiden Moon Jae-in sebesar 11 persen," kata Kim.
Meski begitu, Kim tak menampik bahwa sebagian warga Korsel memiliki kekhawatiran soal reunifikasi, terutama dalam masalah ekonomi.
Jika reunifikasi benar-benar terjadi, Seoul diprediksi akan mengeluarkan uang yang tak sedikit untuk membantu pembangunan ekonomi dan sumber daya Korut.
"Tapi disini kita tak hanya bicara soal penyatuan kembali. Reunifikasi memang proses panjang yang harus dicapai secara bertahap. Dan mungkin pada tahap itu, reunifikasi memerlukan biaya yang tidak sedikit," kata Kim.
"Meski begitu, kami merasa biaya reunifikasi masih jauh lebih murah daripada biaya yang harus dikeluarkan jika Korsel terus berkonfrontasi dengan Korut." (rds/has)
from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2QLurK5
No comments:
Post a Comment