Pages

Saturday, September 22, 2018

Cerita dari Perbatasan: Tembang Via Vallen di Batas Negara

Jakarta, CNN Indonesia -- Matahari baru saja terbit di langit Kalimantan, tetapi ratusan orang sudah berkumpul di depan Balai Desa Sei Kelik, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

Raut wajah-wajah para penduduk terlihat semringah. Sebab, ini pertama kali desa mereka berada di perbatasan Indonesia-Malaysia disinggahi oleh petinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Sekitar 20 pelajar sekolah dasar berbaris rapi menunggu para tamu kehormatan. Tak henti-henti mereka berlatih menyanyikan lagu 'Indonesia Raya' sembari mengibarkan sepasang bendera Merah Putih dalam genggaman kedua tangan mereka.

"Ayo yang keras adik-adik. Seperti yang diajarkan di sekolah ya," ucap seorang prajurit TNI membimbing anak-anak menyanyikan lagu kebangsaan.

Dua jam mereka menunggu di bawah terik matahari. Lalu sayup-sayup terdengar suara baling-baling helikopter dari arah barat.

"Pesawat datang! Pesawat datang!" teriak salah satu warga Desa Sei Kelik.


Warga pun berbondong-bondong memenuhi tanah lapang di seberang Balai Desa. Tempat itu jadi landasan helikopter ditumpangi Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XII/ Tanjungpura Mayjen TNI Achmad Supriyadi.

Tak berselang lama, helikopter Bell-412 pun mendarat di tanah berpasir tersebut. Hempasan pasir yang kuat akibat putaran baling-baling tak membuat warga mundur sejengkal pun. Mereka malah mengeluarkan ponsel pintar guna mengabadikan momen bersejarah tersebut.

Lalu Achmad turun dari helikopter. Namun, ia tak sendiri. Dia didampingi Kepala Staf Daerah Militer (Kasdam) XII Tanjungpura Brigjen TNI Alfret Denny Tuejeh.

Selain itu ada juga Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Danlantamal) XII Pontianak Laksma TNI Gregorius Agung dan Komandan Pangkalan TNI AU (Lanud) Supadio Marsma TNI Minggit Tribowo.

Pangdam XII/ Tanjungpura Mayjen TNI Achmad Supriyadi beserta jajaran mengunjungi perbatasan Indonesia-Malaysia di Desa Sei Kelik, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. (CNN Indonesia/Dhio Faiz)
Keempat jenderal datang langsung dari Ibu Kota Pontianak. Kunjungan ini sebagai bagian dari rangkaian perayaan hari jadi ke-73 TNI jatuh pada 5 Oktober mendatang.

Warga Sei Kelik yang sudah menunggu sejak pagi langsung mengerubungi para jenderal. Masyarakat bermukim perbatasan terlihat senang bukan kepalang.

Tokoh adat setempat pun menyambut Supriyadi dengan menyerahkan mandau, senjata tradisional Kalimantan Barat. Penyerahan mandau sebagai simbol kepercayaan masyarakat kepada TNI.

Supriyadi lalu menggunakan mandau untuk menebas bambu di depannya, sebagai tanda rangkaian peringatan HUT TNI ke-73 di Kalimantan Barat dimulai.

"Merdeka! Merdeka!" teriak masyarakat Sei Kelik.

Kemudian prosesi dilanjut dengan gelaran bakti sosial pada 17 dan 18 September 2018. Pembagian sembako dan pengobatan gratis dilakukan di dusun yang terletak sekitar 335 kilometer dari pusat kota Pontianak.

Selain itu, pesta rakyat untuk pertama kalinya digelar di perbatasan. Kodam XII/ Tanjungpura mengadakan pertunjukan musik dangdut.


Panggung megah pun didirikan di Dusun Belubu, Desa Nanga Bayan, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Masyarakat perbatasan bernyanyi dan menari bersama.

Tembang 'Sayang' dari Via Vallen dan 'Syantik' dari Siti Badriyah jadi diputar di gelaran tersebut.

Mengawal Nawacita ke perbatasan

Kehadiran Pangdam XII/ Tanjungpura dan jajaran ke perbatasan bukan sekadar mengadakan acara seremoni. Namun, ada misi lain yang mereka emban.

Pangdam XII/ Tanjungpura Mayjen TNI Achmad Supriyadi menyampaikan kedatangannya sebagai bentuk mengawal pembangunan yang dilakukan pemerintahan Presiden Joko Widodo.

"Kebijakan pemerintah membangun jalan, maka TNI, Polri, harus mengamankan kegiatan. Kemudian mengamankan aktivitas masyarakat dalam keseharian. Sehingga keterpengaruhan ke sebelah (Malaysia) itu menjadi tipis, jadi tidak ada," ujar Supriyadi di Desa Sei Kelik, Kabupaten Sintang, Senin (17/9).

Pangdam XII/ Tanjungpura Mayjen TNI Achmad Supriyadi beserta jajaran mengunjungi perbatasan Indonesia-Malaysia di Desa Sei Kelik, Kabupaten Sintang. (CNN Indonesia/Dhio Faiz)
Saat ini, pemerintah membuka jalan sepanjang 1.919,98 kilometer di perbatasan Kalimantan. Sekitar 734,28 kilometer dibangun di era Presiden Joko Widodo.

Supriyadi mengatakan pembangunan jalan ini memangkas waktu tempuh warga perbatasan ke pusat perdagangan terdekat di Balai Karangan.

Semula warga harus menempuh hingga setengah hari buat mencapai Balai Karangan. Namun, setelah jalan itu dibuka, maka waktu perjalanan bisa dipangkas hingga empat jam.

Dia menyebut pembangunan jalan ini sebagai wujud dari program Nawacita Presiden Joko Widodo, yaitu membangun Indonesia dari perbatasan.

"Jalan paralel juga sampai ke perbatasan Kalimantan Timur, nanti tembus jalan itu. Jalan itu dibangun oleh pemerintah," kata Supriyadi kepada warga Sei Kelik.


Warga di perbatasan mengaku mendapat manfaat dari jalan tersebut. Mereka jadi lebih mudah mengakses pusat perdagangan di negeri sendiri.

Hanya saja pekerjaan rumah Jokowi untuk warga perbatasan masih menumpuk. Akses listrik dan sinyal jadi keluhan utama masyarakat.

"Kami kekurangan listrik. Setiap hari kami menggunakan genset. Per malamnya butuh 4 liter dikalikan Rp12 ribu, jadi Rp48 ribu per malam. Sebulan berapa juta," kata Kepala Desa Sebetung Paluk Hamdi saat ditemui Selasa (18/9).

Selain itu, ironi yang dialami oleh warga di wilayah perbatasan adalah persoalan akses yang lebih mudah ke Malaysia. Ini lantas membuat warga di Desa Sei Kelik misalnya, lebih akrab dengan mata uang ringgit dibanding rupiah karena memilih berbelanja kebutuhan di negara tetangga. 

"Dekat, dua jam pakai jalan kaki [ke Kuari Lacau]. Tidak pernah ke Balai Karangan, ke Malaysia terus. Kalau ke Balai sekitar lima jam [pakai kendaraan bermotor]," ujar Celi, warga Desa Sei Kelik saat ditemui pada Senin (17/9).

(dhf)

Let's block ads! (Why?)

from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2Nv5JzE

No comments:

Post a Comment