
Sementara, kurs referensi BI, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp15.089 per dolar AS atau menguat 0,69 persen dari kemarin sore yang di Rp15.195 per dolar AS.
Penguatan rupiah yang terus berlanjut ini membuat mata uang Garuda menempati posisi kedua di kawasan Asia. Penguatan rupiah hanya kalah dari won Korea Selatan yang menguat hingga 1,43 persen.
Sedangkan mata uang utama negara maju, semuanya kompak bersandar di zona hijau. Dolar Australia menguat 0,35 persen, dolar Kanada 0,22 persen, euro Eropa 0,21 persen, poundsterling Inggris 0,18 persen, franc Swiss 0,15 persen, dan rubel Rusia 0,14 persen.
Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan penguatan rupiah bersama mayoritas mata uang di kawasan Asia terjadi karena ada sinyal positif dari meredanya ketegangan perang dagang antara AS dengan China. Sinyal tersebut menguat paska Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping berkomunikasi dan berniat mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan sengketa dagang negara mereka.
"Ini memberi sentimen ke pasar kalau mungkin ada upaya kalau kedua pimpinan negara itu ingin meredakan ketegangan hubungan dagang mereka, sehingga membuat rupiah menguat," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (2/11).
Dini memperkirakan penguatan tersebut berpotensi berlanjut pekan depan. Pekan depan rupiah akan melanjutkan penguatan dengan bergerak di rentang Rp14.800-15.060 per dolar AS.
Penguatan tersebut akan ditopang oleh rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
No comments:
Post a Comment