
"Kami berencana untuk melakukan trial secepat mungkin. Operator sedang fokus ke Asian Games, kami akan lakukan trial sesudah Asian Games. Dibutuhkan trial karena frekuensi LPWA dekat dengan seluler. Itu perlu dikondisikan agar ketika beroperasi bersama apakah ada sinyal yang terganggu," jelas Direktur Standardisasi Perangkat Pos dan Informatika, Ditjen SDPPI, Mochamad Hadiyanaketika dihubungi CNNIndonesia.com lewat pesan singkat, Selasa (28/8).
"Kalau tidak ada masalah ini akan langsung dituangkan ke draft hukum [...] Kami akan konsultasi ke publik dan tuangkan. Kalau tidak ada masalah 919 sampai 925 ya kita adopsikan," tukasnya.
Alokasi frekuensi kedua frekuensi itu menurut Hadi berdekatan dengan frekuensi dua operator seluler. Jika dalam uji coba ini ditemukan bahwa operasional perangkat IoT mengganggu, maka alokasi akan digeser 1 MHZ.
"Bisa juga alokasi frekuensi untuk LPWA dirubah menjadi 919 MHz - 923 MHz. Guard band-nyA 2 MHz. Ini tergantung hasil trial nanti," tandasnya.
Siapkan satelit
Sementara itu, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Ismail juga menyebut bahwa mereka akan menyiapkan jaringan berbasis satelit untuk penerapan IoT.
Alasannya, jaringan satelit dibutuhkan untuk menjangkau wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan."Banyak daerah yang hanya bisa dilayani satelit. IoT juga akan dioperasikan satelit hususnya mobile satelit. Misalnya untuk nelayan yang terus menerus bergerak, petani, dan lain-lain," kata Ismail.
Kemunculan IoT mampu menjembatani mesin yang memproduksi data dengan memanfaatkan sensor, dalam perangkat seperti ponsel dan perangkat pintar lainnya untuk mengumpulkan informasi secara realtime lewat cloud. Semua data yang terkumpul akan dianalisa dan dipakai untuk membuat keputusan serta mengembangkan layanan atau produk yang relevan
No comments:
Post a Comment