Kini saya mengerti mengapa Rhoma dijuluki raja dangdut. Pria kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, terlihat benar-benar mengerti dan memahami musik dangdut yang sejak dulu dianggap musik rakyat. Penampilannya sangat baik dari berbagai aspek, mulai dari permainan alat musik, vokal, sampai aksi panggung yang tidak berlebihan.
Hampir semua pengunjung bernyanyi dan berjoget selama satu setengah jam, pun begitu saya. Mereka seakan tak peduli dengan suasana sesak nan sumpek dan bau alkohol yang terkadang semerbak tercium. Yang penting bisa joget dari Sabtu (6/10) malam sampai Minggu (7/10) dini hari ditemani Rhoma.
Sayang, nyanyian dan jogetan terasa tidak klimaks karena Rhoma tiba-tiba berhenti tampil. Musisi berusia 71 tahun ini selesai tampil pada pukul 00:42 yang seharusnya selesai pukul 01:45. Ada perasaan tidak puas sudah pasti, tapi mau bagaimana lagi.
"Assalamualaikum, mau sound check dulu boleh ya," kata Rhoma.
Rhoma mengomentari satu per satu suara yang dianggap kurang baik. Mulai dari suara gitar yang tidak muncul di monitor, sampai mik vokal yang terdengar ada feedback. Sembari sound check, ia turut bergoyang, jubah merah yang ia kenakan dengan setelan putih berkibar seperti seorang pahlawan super.
Rhoma Irama dan Soneta tampil sebagai penutup Synchronize Fest 2018 hari kedua. (Foto: CNN Indonesia/M. Andika Putra)
|
Pun begitu saat membawakan tiga lagu yang satu tema tanpa jeda, yaitu Introspeksi Nasional, Bencana dan Malapetaka. Sekalinya menyapa penonton, ia memberikan nasihat-nasihat sesuai ajaran Islam bak mubalig yang sedang berdakwah.
"Kita telah berduka karena Palu, Sulawesi Tengah terlanda tsunami. Bencana bukan kebetulan, semua perintah Allah SWT dengan tiga alasan. Pertama, bisa saja ini ujian. Kedua, peringatan. Ketiga, hukuman naudzubillahimindzalik," kata Rhoma.
Rhoma kembali berdakwah disela penampilan. Kali ini ia berbicara soal kontestasi Pilpres 2019 yang sudah mulai berlangsung. Tapi tenang saja, ia tidak mengampanyekan salah satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
"Berbeda adalah salah satu syarat mutlak demokrasi, tapi bukan berarti musuh-musuhan dan marah-marahan. Mari ciptakan pemilu damai dan bermanfaat. Laksanakan pesta demokrasi yang penuh persaudaraan," kata Rhoma.
Penjelasan itu merupakan jembatan menuju lagu Adu Domba yang bercerita tentang. Lagu itu langsung disambung dengan lagu Stop dan Perjuangan dan Doa. Tak disangka kualitas suara Rhoma masih bagus di usia senja, bahkan beberapa kali ia bernyanyi dengan cengkok dangdut.
Pengunjung kaget ketika Rhoma mengucapkan terima kasih dan assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, seakan memberi isyarat akan membawakan lagu terakhir. Pasalnya jarum jam menunjukkan pukul 00:30, sementara Roma dijadwalkan selesai tampil pukul 01:45.
Di panggung terlihat ada tiga orang yang mendekat ke arah Rhoma. Salah satu orang itu mengenakan polo shirt biru donker dengan tulisan 'Turn Back Crime' ala Kepolisian Nasional Republik Indonesia. Entah apa yang dibicarakan mereka selama beberapa menit, yang pasti pengunjung berteriak meminta Rhoma terus tampil.
"Masih mau lagi?," kata Rhoma yang disambut riuh pengunjung. Setelah itu Rhoma kembali berbicara dengan tiga orang tersebut dan melanjutkan penampilan.
Lagu Begadang dan Nafsu Serakah dibawakan sebagai encore. Pengunjung langsung berteriak 'lagi lagi lagi' usai Rhoma membawakan lagu Nafsu Serakah. Sayang Rhoma tak menuruti hingga penampilannya terasa anti klimaks.
CNNIndonesia.com bertanya kepada Program Director Syncronize Festival 2018 Rizki Aulia mengenai penampilan Rhoma yang selesai lebih awal. Ia menjelaskan Rhoma berhenti bukan karena ada permintaan dari pihak luar penyelenggara dan panitia Syncronize Festival 2018.
"Rhoma ngantuk katanya," kata Rizky melalui pesan singkat. (age)
from CNN Indonesia kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2y7JTsa
No comments:
Post a Comment